Dunia kita sedang berubah, memasuki sebuah periode transisional dari satu epos ke epos lainnya. Berikut ini adalah perspektif dunia untuk mehamami proses tersebut dan memberikan kita, kaum revolusioner, arahan untuk bertindak dan membawa sosialisme ke muka bumi.
VII. Krisis dan Perjuangan Kelas di Eropa
Adalah suatu proposisi dasar bahwa munculnya pengangguran massal tidak kondusif untuk aktivitas pemogokan. Krisis keuangan tidak segera berdampak pada kaum pekerja di tempat-tempat kerja, tetapi dengan bulan-bulan yang berlalu pengangguran mulai meningkat secara dramatis. Pada musim gugur tahun 2008 terjadi mobilisasi mahasiswa yang signifikan di Italia, Yunani dan negara-negara lain, di mana juga terjadi pemogokan umum. Namun pada awal tahun 2009 situasi mulai berubah dengan kenaikan yang tajam dalam jumlah pengangguran.
Di sebagian besar negara-negara Eropa terjadi penurunan yang tajam dalam level pemogokan. Ini telah kita lihat dengan sangat jelas di Italia, tetapi tren yang sama dapat diamati di negara-negara seperti Denmark, Inggris, dll. Menurut BBC News tingkat pemogokan di Inggris hanyalah sepertiga dari level pemogokan pada saat resesi tahun 1991-92. Kedalaman krisis sekarang ini merupakan salah satu dari faktor dalam situasi ini. Namun, situasinya kontradiktif, dengan meletusnya perjuangan yang cukup sengit dan militan di beberapa sektor, termasuk okupasi pabrik di Inggris, Italia dan bahkan Amerika Serikat.
Di Italia baru-baru ini, tengah terjadi sejumlah pertikaian, semuanya melibatkan pabrik-pabrik besar dimana sejumlah besar kaum pekerja kehilangan pekerjaan mereka. Hal ini tengah memancing sebuah respon, dengan pemogokan-pemogokan, barisan mogok, dan okupasi-okupasi parsial. Tetapi secara umum gambaran keseluruhannya masihlah satu level yang rendah dalam pemogokan.
Pada periode sebelumnya Spanyol menikmati pertumbuhan yang pesat. Sekarang telah mengalami penurunan yang spektakuler. Spanyol merupakan satu dari sedikit negara-negara Eropa yang terus berlanjut dalam resesi sebagaimana yang terjadi pada bulan Januari 2010, setelah kemerosotan PDB sebesar 3,7% pada tahun 2009 (dan runtuhnya produksi industrial dengan kisaran 15,8%), dan diperkirakan akan terus mengalami resesi sepanjang tahun 2010 dengan penurunan sebesar 0,5% PDB. Pengangguran meningkat tajam, sampai pada puncaknya sekitar 4,3 juta penganggur (18,8%, yakni dua kali lipat rata-rata Uni Eropa), meningkat sebesar 1,1 juta pada tahun 2009, dan 1,2 juta pada tahun 2008.
Angka resmi pengangguran diperkirakan akan mencapai 20% pada tahun 2010, yang mana setahun lagi akan terjadi penghancuran lapangan kerja netto. Pengangguran muda sekarang sudah mencapai 39% menurut statistik resmi. Bersamaan dengan pertumbuhan pengangguran yang cepat, tren umumnya adalah berkurangnya aktivitas mogok. Akan tetapi, ada beberapa pergolakan penting yang tengah terjadi, seperti sengketa buruh metal Vigo di Galicia dan pemogokan yang terjadi di negara bagian Basque, yang merupakan keberhasilan parsial (meskipun pemogokan umum terjadi hanya di Guipuzcoa). Juga, mengenai masalah kebangsaan Basque, kita harus mempertimbangkan pernyataan dari pemimpin-pemimpin historis dari Abertzale Kiri yang, semenjak tahun lalu telah mengajukan sebuah genjatan senjata dengan perjuangan bersenjata ETA, yang secara utama menekankan bahwa proses perjuangan untuk “kedaulatan” Negara Basque harus dilaksanakan sebagai sebuah proses politik murni untuk aspirasi rakyat Basque. Ini adalah sebuah perkembangan yang positif yang disambut oleh kaum Marxis. Kita harus menggunakan kesempatan ini untuk menjelaskan ide-ide Marxisme di antara anggota Abertzale Kiri. Kita harus menjelaskan bahwa kita menentang penindasan kelompok-kelompok nasional lain di negara Spanyol oleh nasionalisme Spanyol yang paling reaksioner, dan kita mendukung hak demokrasi mereka, pada saat yang sama kita juga menekankan bahwa hanya persatuan buruh dan sosialisme internasional yang dapat menyelesaikan problem-problem kaum buruh dan muda di Basque dan dimanapun.
Ada gejolak awal dalam serikat-serikat buruh (CCOO) dan United Left, dimana Cayo Lara menyerukan sebuah pemogokan umum. Kita harus memberikan perhatian yang seksama terhadap ini dan mengintensifkan kerja kita dalam organisasi-organisasi massa kelas pekerja.
Sebuah keniscayaan perubahan-perubahan yang tajam dan mendadak dalam situasi ini ditunjukkan oleh peristiwa-peristiwa di Islandia, sebuah negara yang menikmati stabilitas politik dan standar hidup yang tinggi. Pada bulan Januari 2009 protes di ibukota Reykjavik membawa ribuan orang ke jalan-jalan dalam demonstrasi terbesar yang pernah ada di negara tersebut. Akibatnya, pemerintahan koalisi antara Samfylkingin (Sosial Demokrat) dan Partai Independen Konservatif pecah. Di negara yang sebelumnya merupakan satu-satunya yang paling stabil dan makmur di Eropa kita tengah menyaksikan awal dari gejolak sosial dan radikalisasi politik.
Perjuangan kelas sedang tumbuh besar di Irlandia, di mana, seperti di Islandia, sebuah periode pertumbuhan ekonomi yang pesat dan spekulasi yang besar-besaran telah berakhir dengan kehancuran total. Antara tahun 2002 dan 2007 pertumbuhan PDB Irlandia rata-rata 5,6 persen. Pada tahun 2008 perekonomian terpangkas hingga 2%. Bulan Februari 2009 sekitar 200.000 pekerja dan keluarganya turun ke jalan di Dublin, untuk menunjukkan oposisi mereka terhadap keputusan pemerintah untuk memberlakukan retribusi pensiun terhadap 300.000 pekerja sektor publik.
Ada pendudukan pabrik oleh buruh di Waterford Crystal. Puluhan ribu orang: buruh sektor publik dan sektor swasta serta keluarga mereka, buruh yang menganggur, pensiunan dan mahasiswa memadati jalan-jalan di delapan kota di wilayah selatan; sementara itu sepuluh aksi demonstrasi juga berlangsung di kota-kota bagian utara. 70.000 arak-arakan bergerak menuju Merrion Square di Dublin, 20.000 di Cork, 10.000 di Waterford, 6.000 di Galway, 5.000 di Sligo, 5.000 di Limerick, 4.000 di Tullamore dan 1.500 di Dundalk. (6 November 2009). Lebih dari 250.000 buruh Irlandia di sektor publik mogok pada tanggal 24 November 2009.
Yunani
Tercapainya kesatuan moneter hanya memperburuk masalah-masalah kaum kapitalis Eropa. Kita menunjukkan pada saat itu bahwa tidak mungkin untuk menyatukan perekonomian-perekonomian yang bergerak ke arah yang berbeda-beda. Kita juga menjelaskan bahwa kontradiksi-kontradiksi ini akan muncul ke permukaan selama resesi, persis seperti apa yang tengah terjadi.
Yunani merupakan salah satu mata rantai lemah kapitalisme Eropa. Krisis dunia membawa tekanan besar terhadap masyarakat Yunani. Di sini kita melihat garis besar dari apa yang akan terjadi pada tahap tertentu di semua negara Eropa. Hutang publik telah mencapai proporsi yang sedemikian rupa – sebagai akibat kebijakan-kebijakan masa lalu dan kebutuhan mendesak baru-baru ini untuk membantu sistem perbankan – sehingga sekarang kaum buruh Yunani tengah diminta untuk menanggungnya.
Di masa lalu, negara-negara seperti Italia mampu menghindari krisis dengan mendevaluasi mata uang dan meningkatkan defisit negara. Sekarang pintu ini sudah tertutup. Mereka tidak bisa mendevaluasi karena mereka memiliki euro bukan lira. Kasus Yunani bahkan lebih serius. Kapitalisme Yunani adalah, bersama dengan Italia, Portugal dan Irlandia, mata rantai yang terlemah dalam Uni Eropa. Ekonominya berada dalam krisis yang cukup dalam, dengan runtuhnya sektor perkapalan (karena over-produksi di seluruh dunia) dan pariwisata. Beberapa ekonom memprediksikan bahwa Yunani akan gagal membayar utang luar negerinya.
Kaum borjuasi Yunani akan memotong secara kejam standar hidup kaum buruh dan kelas menengah. Namun pemerintah sayap kanan New Democracy (ND) tidak cukup kuat untuk mengimplementasikan pemotongan tersebut. Oleh karena itu borjuasi telah menyerahkan piala (piala yang sering dipakai dalam misa suci – pent.) beracun kepada PASOK (Partai Sosialis Yunani). Korelasi kekuatan-kekuatan baru ini menguntungkan kelas buruh, memberi kekuatan dan rasa percaya diri kepada kaum buruh dan muda. Ini adalah kemenangan besar yang pertama setelah bertahun-tahun pemerintahan New Democracy dan tentu saja setelah bertahun-tahun mengalami kekalahan.
Akan tetapi, kepemimpinan PASOK telah membuktikan bahwa ia tidak ingin masuk ke dalam konflik dengan kelas penguasa. Sebaliknya, ia telah memberikan janjinya kepada kelas penguasa mengenai persoalan-persoalan utama, seperti privatisasi jaminan sosial. Kelas penguasa dan Uni Eropa tengah mengerahkan tekanan berat pada kepemimpinan PASOK, yang mana, dengan menggunakan alasan defisit publik yang besar, mencoba untuk memaksakan sebuah program pemotongan-pemotongan yang kejam.
Kaum buruh Yunani tidak memilih PASOK untuk mengambil langkah-langkah penghematan. Sekarang kita melihat reaksi mereka. Telah terjadi pemogokan oleh beberapa seksi kelas buruh dan para pemimpin serikat buruh telah terpaksa menyerukan pemogokan umum pada tanggal 24 Februari. Kelas buruh dipaksa untuk masuk ke dalam perjuangan untuk mempertahankan kondisi hidup mereka. Ini juga akan berdampak pada situasi politik. Karena PASOK ada di dalam pemerintah, ia akan menerima semua kesalahan atas kebijakan-kebijakan masa kini. Hal ini menjelaskan mengapa Partai Komunis (KKE) mampu menarik cukup banyak kaum muda. Kaum muda dari KKE, yaitu KNE, adalah organisasi pemuda kiri yang terbesar di Yunani.
Kepemimpinan KKE telah berhasil mempertahankan aparatus Stalinis lama secara kuat. Dalam kongres baru-baru ini, KKE secara nyata menegaskan kembali kepatuhannya terhadap kebijakan Stalin. Hal ini dikombinasikan dengan semacam “periode ketiga” yang ultra-kiri, dimana partai mengumandangkan pemogokan dan aksi unjuk rasa yang terpisah dari sebagian besar kaum buruh di serikat-serikat buruh yang masih mendukung PASOK. Ini sebenarnya merupakan suatu upaya oleh kepemimpinan KKE guna membangun dinding pemisah untuk mengisolasi anggota-anggota mereka dari tekanan-tekanan situasi yang tengah marak.
Namun, rupanya dalam partai monolitik ini sedang muncul keretakan. Pada tahapan ini, hal ini dicerminkan dengan pemecatan terhadap siapa saja yang berani menentang kepemimpinan, meskipun sudut pandang oposisi telah disiarkan dalam publikasi KKE, sesuatu yang tidak mungkin dilakukan di masa lalu.
Situasi objektif ini juga memiliki dampak terhadap Synaspismos, sebuah partai yang memiliki akarnya dari perpecahan dari KKE di masa lalu. Partai ini memiliki dukungan yang signifikan di kalangan pemuda dan sedang melalui sebuah konflik kiri-kanan di dalam tubuh partai. Kenyataan bahwa pemimpin partai ini telah secara terbuka mengundang kelompok-kelompok kiri untuk bergabung dalam barisannya dengan hak untuk membentuk tendensi-tendensi menandakan adanya proses yang sedang terjadi dalam partai ini. Pada periode berikutnya dampak dari krisis ini akan memiliki efek penting baik dalam KKE dan Synaspismos, yang pada saat ini berdiri di sebelah kiri PASOK dan oleh karena itu akan memperoleh keuntungan dari situasi sekarang ini.
Akan tetapi, PASOK tetap menjadi partai utama dari kelas buruh Yunani, dan pada tahap tertentu tekanan kaum kapitalis di satu pihak dan tekanan dari kelas buruh di pihak lain akan direfleksikan dalam diferensiasi yang meningkat dalam partai, dengan sayap kanan yang secara terbuka pro-borjuis yang mendorong kepatuhan penuh terhadap tuntutan-tuntutan borjuis dan golongan lain yang mendapat tekanan dari kaum buruh. Ini akan menyiapkan landasan untuk perkembangan sebuah sayap kiri massa pada tahap berikutnya.
Yang telah menahan proses sampai saat ini adalah kemajuan dalam perekonomian dan perasaan kesejahteraan yang dirasakan oleh kebanyakan kaum pekerja. Ini semua telah hilang setelah Yunani juga dipengaruhi oleh dampak resesi mendalam yang muncul di tingkat dunia, dengan banyaknya pekerjaan yang hilang. Ini memiliki dampak yang melumpuhkan sementara terhadap kaum buruh, yang awalnya berpaling ke PASOK di front elektoral, berharap bahwa partai “mereka” di pemerintah akan menyelamatkan mereka dari dampak terburuk krisis ini. Mereka sekarang akan melalui sekolah pahit dari pemotongan-pemotongan dan program kontra-reformasi Papandreu.
Radikalisasi Politik
Radikalisasi tidak hanya terekspresikan dalam statistik pemogokan. Ia bisa dinyatakan dalam front politik. Ini terlihat dalam pergeseran elektoral di beberapa negara, khususnya suara untuk Die Linke (Partai Kiri Jerman) di Jerman dan dua blok kiri di Portugal. Pergeseran opini publik ditunjukkan dalam pemilu September 2009 di Jerman, ketika SPD (Partai Sosial Demokrat Jerman) kehilangan 11,2 persen dan terlempar ke level terendahnya pada tahun 1893.
Kapitalisme Jerman telah terpukul dengan keras oleh krisis ekonomi. Ketergantungan besarnya pada ekspor membuat ekonomi Jerman rentan terhadap penurunan permintaan. Pemilihan umum September 2009 mengungkapkan perubahan besar dalam kehidupan politik Jerman. Di satu sisi, kita melihat penurunan massif dari suara SPD dan kemenangan partai-partai sayap kanan.
Ini berarti kapitalis Jerman tengah mempersiapkan serangan melawan kelas buruh terbesar dan paling kuat di Eropa. Di masa lalu, kaum Konservatif akan berada dalam pemerintahan selama periode boom ekonomi, dan mereka akan menyerahkan kekuasaan kepada kaum Sosial Demokrat pada periode kemerosotan untuk melakukan semua pekerjaan kotor. Sekarang prosesnya dibalik. Partai-partai borjuis datang ke tampuk kekuasaan di masa kemerosotan yang paling serius sejak Perang. Mereka harus memotong anggaran sosial dan menghadapi serikat-serikat buruh. Ini merupakan resep untuk perang kelas di Jerman.
Fitur yang paling menonjol adalah fakta bahwa Partai Kiri memenangkan 5.153.884 suara (11,9%), sebuah peningkatan sebesar 3,2 persen. Di Timur, bekas DDR (Republik Demokratik Jerman), Partai Kiri secara jelas mengalahkan SPD yang turun dari 30,4% menjadi 17,9% suara. Di Timur, tidak ada mayoritas bagi partai-partai borjuis. Di Barat, Die Linke telah meningkatkan suaranya dari 4,9% menjadi 8,3%.
Hasil ini merupakan signifikansi historis bagi Jerman, karena belum ada partai buruh yang serius di sebelah kiri SPD sejak tahun 1930-an. Ini merupakan antisipasi dari berbagai proses yang akan terjadi di negara-negara lain dalam periode berikutnya. Kita harus ingat bahwa Partai Kiri ini terbentuk dari perpecahan Oskar Lafontaine dan Reformis Kiri yang berasal dari SPD. Lafontaine bergabung dengan mantan kaum Stalinis untuk membentuk Die Linke. Pada periode berikutnya kita akan melihat berbagai jenis perkembangan yang serupa, bersamaan dengan banyaknya krisis dan perpecahan dalam organisasi-organisasi massa reformis dan terbentuknya arus tengah dan reformis kiri yang besar. Kita harus siap menghadapi ini dan mengadopsi taktik-taktik fleksibel sehingga tidak dikejutkan oleh peristiwa-peristiwa yang terjadi.
Juga di Austria, situasi sedang berubah. Perekonomiannya rentan terhadap faktor-faktor eksternal, terutama krisis di Eropa Timur. Sekitar 270.000 orang, atau sekitar 7,5%, menganggur di bulan Maret 2009. Dalam perbandingan tahun ke tahun, ini adalah peningkatan sebesar 28,8%. Di kalangan pemuda (usia 15-24 tahun) angka pengangguran naik sebesar 39,3% menjadi 44.085. Sekitar 40.000 buruh hanya bekerja dengan jam yang dikurangi. Output industrial turun sebesar 10%. Sektor otomotif telah terpengaruh secara besar-besaran akibat krisis over-produksi internasional di dalam industri ini.
Tanda awal dari radikalisasi adalah gerakan pemuda. Bulan April 2009, ada gerakan pelajar sekolah yang terbesar dalam sejarah Austria. Di seluruh Austria ada lebih dari 60.000 pelajar sekolah memprotes pembatalan lima hari libur dan menuntut peningkatan anggaran pendidikan publik. Juga telah terjadi pendudukan dan berbagai aksi protes di universitas-universitas. Pada bulan Oktober 2009, terdapat demonstrasi puluhan ribu mahasiswa di Wina. Gerakan ini mendapatkan solidaritas aktif dari serikat-serikat buruh dan simpati luas dari populasi Austria. Pada akhirnya gerakan ini gagal karena dominannya ide-ide dan metode-metode postmodern, yang tidak dapat memberikan massa pelajar prospek untuk sebuah perjuangan yang jaya, dimana gerakan ini mati dengan perlahan-lahan. Dalam level politik, krisis kapitalisme Austria mengekspresikan dirinya dalam krisis Sosial Demokrasi dimana kepemimpinannya mencoba mengendalikan krisis ini untuk kepentingan borjuasi. Sudah kita lihat tanda-tanda awal dari sebuah proses diferensiasi di dalam gerakan buruh. Ketika pemerintah mencoba membuat kelas buruh membayar untuk krisis ini, ini akan meningkatkan konflik antara serikat buruh dan pemerintah, dan akan meletakkan basis untuk perkembangan sebuah kelompok kiri yang terorganisir di dalam Partai Sosial Demokrasi dimana sektor-sektor penting serikat buruh terlibat. Ini juga akan memberikan sektor-sektor kelas buruh sebuah kendaraan untuk mempertahankan kepentingan mereka.
Portugal adalah salah satu orang yang paling sakit dari orang-orang sakit di Eropa. Ia telah berada dalam krisis ekonomi bahkan sebelum pecahnya krisis ekonomi global baru-baru ini yang semakin memperburuk kondisi ekonomi Portugal yang memang sudah sekarat. Tingkat pengangguran berada pada posisi tertinggi di Eropa. Partai Sosialis, seperti halnya semua partai-partai sosialis di Eropa yang telah berada dalam pemerintah dalam beberapa tahun terakhir ini, menerapkan kebijakan kontra-reforma, dengan serangan-serangannya terhadap negara kesejahteraan dan hak-hak buruh.
Dalam pemilu legislatif tanggal 27 September 2009, Partai Sosialis kehilangan mayoritasnya yang telah dipegangnya selama empat tahun terakhir. Dalam pemilihan yang ditandai oleh peningkatan abstensi yang signifikan - yang meningkat dari 35% menjadi 40% - Partai Sosialis kehilangan setengah juta suara dan 24 deputinya, menurun drastis dari 2.588.312 suara dan 121 deputi di tahun 2005 menjadi 2.077.695 suara dan 97 Anggota Parlemen tahun 2009.
Partai Sosial Demokrat sayap kanan dan Partai Popular, sebuah partai konservatif klasik, sayap kanan dan liberal, keduanya telah meningkatkan suaranya. Namun partai-partai kiri juga mengalami pertumbuhan: Bloco de Esquerda (BE) dan Partai Komunis Portugis (PCP). Bloco de Esquerda melaju dari 364.971 suara dan 8 anggota di parlemen pada tahun 2005 menjadi 558.062 suara dan 16 deputi pada tahun 2009. Pertumbuhan dari partai-partai kiri ini merefleksikan dengan jelas fakta bahwa BE dan PCP menduduki ruang di sebelah kiri dari Partai Sosialis.
Posisi dunia dari kapitalisme Prancis telah menurun dalam beberapa dekade belakangan ini. Porsinya dalam perdagangan dunia menciut. Dari surplus perdagangan 24 milyar euro pada tahun 1997, sekarang telah menjadi defisit sebesar 55 milyar euro. Defisit anggaran negara adalah sebesar 1500 milyar euro, yang setara dengan 80% PDB. Hutang yang besar ini harus dibayar dengan penghancuran lebih lanjut dari pelayanan publik dan konsensi-konsensi yang dimenangkan pada perjuangan sebelumnya, seperti pensiun dan jaminan sosial. Selama 5 tahun belakangan jumlah orang yang hidup di bawah garis kemiskinan ofisial telah meningkat dari 6 juta ke 8 juta. Pada tahun 2009, 480 ribu pekerjaan telah hilang.
Pada awalnya, resesi mengejutkan para buruh. Kenaikan tingkat pengangguran yang tajam memiliki efek yang mengintimidasi buruh. Akan tetapi, seperti yang diindikasikan oleh sejumlah pemogokan atau ancaman pemogokan di berbagai cabang ekonomi, seperti rel kereta api, supir truk, dan kilang minyak, suasana hati buruh mulai berubah. Kebijakan dari serikat-serikat buruh, termasuk serikat buruh yang utama – CGT – hanyalah mencari “dialog” dengan pemerintahan Sarkozy dan mengorganisir serangkaian “hari aksi” tanpa tujuan yang spesifik. Hari-hari aksi ini memobilisasi ratusan ribu buruh, tetapi para pemimpin serikat buruh menggunakan mereka sebagai katup pengaman, sebagai alat untuk “melepaskan tekanan uap”. Kebijakan ini telah berfungsi meletihkan buruh yang paling aktif dan militan. Pada saat yang sama, oposisi terhadap kepemimpinan nasional CGT dan gerakan buruh secara umum sekarang sedang tumbuh.
Proses diferensiasi yang serupa sedang berjalan di dalam PCF (Partai Komunis Prancis). Dengan puluhan ribu militan aktif, partai ini masih merupakan kekuatan yang besar. Dalam konteks perjuangan kelas yang semakin menajam, PCF dapat tumbuh besar dengan cepat dalam hal jumlah dan kekuatan. Ini menjelaskan kebijakan media yang secara terbuka diskriminatif terhadap PCF. Kepemimpinan partai ada di tangan para pejabat yang memegang kedudukan parlemen di level lokal dan nasional, dan yang siap membuat konsensi apapun untuk menjaga posisi mereka. Otoritas kepemmpinan ini, di mata anggota, telah jatuh. Sementara kepemimpinan bermanuver untuk melikuidasi partai, basis dari partai secara umum bergerak ke kiri. 40% dari keanggotaan memilih dokumen sayap kiri pada kongres terakhir. Mayoritas militan menentang likuidasi partai. Kontradiksi antara kepentingan dan kebijakan yang dikejar oleh kepemimpinan dan aspirasi dari para anggota akan mengakibatkan benturan-benturan yang lebih tajam di dalam partai dalam periode mendatang.
Italia telah menyaksikan serangkaian pemogokan, pemogokan-pemogokan umum dan demonstrasi-demonstrasi massa dalam periode terakhir. Gerakan buruh dan mahasiswa di musim gugur tahun 2008 mencapai kulminasinya pada pemogokan umum tanggal 12 Desember 2008. Hampir 200.000 orang turun ke jalan di Bologna dan demonstrasi-demontrasi besar lainnya dengan puluhan ribu buruh dan mahasiswa terjadi di Milan, Turin, Venice, Florence, Roma, Napoli Cagliari dan di 100 kota yang lain. Buruh metal mogok dengan tingkat partisipasi lebih dari 50% di seluruh tempat kerja penting, dan lebih dari 90% di beberapa pabrik besar kunci. 45% karyawan sekolah juga melakukan mogok.
Namun, ini dihentikan oleh krisis ekonomi, yang berdampak hebat di Italia. Menurut survei CGIL, setidaknya ada 10.000 perusahaan di Italia mengalami krisis sebagai konsekuensi dari resesi dunia. FIAT menutup seluruh pabriknya selama satu bulan, menelantarkan buruhnya dengan bayaran PHK. (Desember 2008) Antara tanggal 12 Desember dan 12 Januari produksi industri berhenti total. Ini adalah situasi yang belum pernah terjadi dalam kurun waktu baru-baru ini, dengan 900.000 pekerjaan hilang (terutama di kalangan buruh lepas) dan jutaan buruh diberhentikan selama sepuluh sampai lima belas minggu dengan upah kurang dari 600-700 euro per bulan.
Periode Penghematan
Boom ekonomi Pasca-Perang berlangsung selama sekitar tiga puluh tahun (sampai 1974). Tetapi perspektif semacam ini tidak lagi ada dalam agenda. Ini adalah produk dari suatu rangkaian peristiwa unik yang kemungkinan besar tidak akan pernah terulang lagi. Dan karena mereka tidak bisa pergi berperang, seluruh kontradiksi pada akhirnya harus direfleksikan secara internal dalam perjuangan kelas yang ganas. Itu adalah perspektif riil untuk periode berikutnya. Selama lima puluh tahun terakhir, berkat kemajuan ekonomi di negara-negara kapitalis maju (Eropa, Amerika Serikat, Jepang, Australia, dan sebagainya), kelas buruh dan organisasi-organisasinya mampu meraih setidaknya taraf hidup yang semi beradab. Mereka menganggap kondisi ini normal karena mereka tidak pernah mengetahui hal lain. Tetapi lima puluh tahun terakhir ini adalah situasi yang tidak normal. Periode tersebut merupakan sebuah pengecualian historis, bukan keadaan normal di bawah kapitalisme.
Menurut IMF, pada tahun 2010, hutang publik bruto dari sepuluh negara terkaya akan meningkat menjadi 106% dari produk domestik bruto. Pada tahun 2007 ini adalah 78%. Itu berarti peningkatan utang, dalam tiga tahun, lebih dari sembilan triliun dolar. Ini merupakan keadaan yang luar biasa. Dengan memompa sejumlah besar uang sedemikian rupa ke dalam perekonomian, borjuasi tengah menciptakan level utang yang tidak ada preseden dalam keseluruhan sejarah. Dan ini tidak dapat bertahan. Sebagaimana yang diketahui setiap orang, cepat atau lambat hutang harus segera dibayar - dengan bunga. Dengan sendirinya ini merupakan resep untuk krisis raksasa yang lain dalam periode berikutnya.
Di masa lalu Amerika Serikat adalah kreditor terbesar di dunia. Sekarang ia telah berubah menjadi debitur terbesar di dunia. Masa kejayaan masa lalu adalah konsumsi yang dibiayai dengan hutang dan sektor finansial yang menggelembung. Hari ini, model ini telah terdiskreditkan. AS mampu menjalani defisit besar-besaran terutama karena privilese yang didapatinya dari peran cadangan dolar AS, yang berarti ia dapat membayar negara-negara asing dengan mata uangnya sendiri. Namun kesabaran dari para krediturnya, terutama Cina, mulai menipis.
Angka utang ini belum pernah terjadi sebelumnya dalam waktu damai. Perang adalah masalah yang berbeda. Setelah Perang Dunia Kedua, utang publik Inggris adalah 250% dari produk domestik bruto. Dan Amerika punya hutang lebih dari 100% dari PDB. Itu merupakan akibat dari pengeluaran perang. Tapi mereka berhasil melunasi utang-utang ini karena boom ekonomi yang luar biasa setelah 1945, alasan-alasan yang telah dijelaskan dalam dokumen-dokumen sebelumnya (Baca Ted Grant: Will there be a Slump?).
Runtuhnya Dubai World pada bulan November 2009 mengekspos keadaan yang sangat rapuh dari sistem finansial dunia. Ini segera menimbulkan ketakutan akan serangan krisis keuangan yang baru. Ini telah membangunkan momok akan kegagalan pemerintah untuk membayar hutang. Baik Yunani maupun Irlandia tengah membawa hutang publik berat dalam mata uang (Euro) yang mana mereka tidak dapat mencetaknya. Sangat mungkin bahwa sistem finansial dunia akan terpukul oleh kepanikan lebih lanjut, yang dapat mempersiapkan jalan bagi keruntuhan ekonomi yang lebih curam, yang mana tidak ada subsidi negara yang bisa mencegah.
Semua ekonom borjuis setuju bahwa ini akan menjadi proses yang panjang dan menyakitkan untuk berjuang keluar dari kekacauan yang telah mereka masuki. Akumulasi utang yang besar akan berarti tahun-tahun dan dekade-dekade pemotongan dari sebuah rezim pengetatan yang permanen. Kita dapat mengekspresikan ini sebagai semacam persamaan: kelas penguasa dari semua negara tidak mampu mempertahankan konsesi yang telah diberikan selama lima puluh tahun terakhir namun kelas buruh tidak mampu lagi memangkas standar hidup mereka. Ini merupakan resep bagi munculnya konflik kelas di mana-mana. Di negara-negara kapitalis maju (termasuk negara-negara beradab yang “indah” seperti Swedia, Swiss, Islandia dan Austria) perjuangan kelas yang hebat sedang ada dalam agenda. Perspektif ini adalah perspektif yang terbaik dari sudut pandang kita, membuka peluang besar untuk menghubungkan ide-ide, program, dan metode kita ke massa.
Kapitalisme yang baik dan masuk akal, yang direpresentasikan oleh Presiden Obama akan lenyap dengan sangat cepat, dan di balik topeng yang tersenyum ini rakyat akan segera melihat wajah kapitalisme yang sesungguhnya, yang brutal, kejam dan jelek. Dari sudut pandang kapitalis, mereka tidak memiliki pilihan lain kecuali untuk melakukan serangan terhadap standar hidup rakyat. Dana pensiun akan diserang, dimulai di Amerika Serikat. Borjuasi sudah mengatakan ini di depan umum bahwa mereka tidak mampu mempertahankan begitu banyak orang tua dan orang-orang yang tidak produktif. Dalam sebuah editorial pada tanggal 27/6/2009, The Economist menulis: "Suka atau tidak suka, kita sedang kembali ke dunia pra-Bismarck di mana pekerjaan tidak memiliki titik akhir yang formal." Dengan kata lain, Anda akan bekerja sampai anda mati.
Kaum borjuis dan ahli strateginya sedang dicengkram oleh perasaan keputusasaan. The Financial Times telah menerbitkan serangkaian artikel mengenai masa depan kapitalisme. Martin Wolf menulis: “Warisan dari krisis ini juga akan membatasi liberalisasi fiskal. Usaha untuk mengkonsolidasikan keuangan publik akan mendominasi politik selama bertahun-tahun, mungkin berdekade-dekade.” Dalam kata lain, kaum kapitalis akan memotong, memotong, dan memotong lagi, bahkan ketika ada boom. British Airways baru-baru ini menuntut para pekerja untuk bekerja gratis, “kita tidak punya uang untuk membayar gaji kalian,” kata mereka. Ribuan pegawai negeri dan kota di seluruh AS diharuskan bekerja gratis untuk beberapa hari (“cuti tidak dibayar”), kalau tidak mereka akan dipecat. Dengan tidak adanya alternatif perjuangan dari kepemimpinan buruh, para pekerja sedang dipaksa untuk menggigit peluru pahit ini. Tetapi ini tidak akan berlangsung selamanya.
Apa kesimpulan yang kita ambil dari ini? Apakah kita mengatakan bahwa ada tingkat kesadaran yang rendah, bahwa kaum buruh tidak revolusioner? Tidak! Kita tidak mengambil kesimpulan macam ini. Situasi seperti ini adalah konsekuensi tidak terelakkan dari fase yang sedang kita lalui – sebuah transisi dari satu periode ke periode lain.
VIII. Ketertinggalan dalam Kesadaran
Trotsky menjelaskan berulang kali bahwa hubungan antara siklus ekonomi dan kesadaran bukanlah sebuah hubungan yang otomatis. Ini dikondisikan oleh banyak faktor, yang harus dianalisa secara konkrit. Dia juga menunjukkan bahwa salah satu tugas yang paling sukar dan kompleks yang dihadapi analisa Marxis adalah untuk menjawab pertanyaan: fase apa yang sedang kita lalui?
Kesadaran masa kini sedang tertinggal di belakang situasi objektif di negara-negara kapitalis maju. Organisasi-organisasi massa kelas pekerja sangat tertinggal di belakang situasi yang riil. Di atas segalanya, kepemimpinan proletariat jauh tertinggal di belakang situasi objektif. Faktor-faktor ini tidak jatuh dari langit, mereka telah dikondisikan oleh boom ekonomi kapitalis selama berdekade dan bergenerasi, dimana lapangan pekerjaan berlimpah dan ada peningkatan taraf hidup secara relatif. Proses ini dijamin oleh aksi konter-revolusioner dari Stalinisme dan sosial demokrasi yang melalui kontrol mereka terhadap organisasi-organisasi kelas pekerja menghambat gerakan dan menepis massa, yang kendati semua ini masih melakukan perjuangan kelas yang hebat di dalam periode tersebut.
Ini adalah situasi yang terutama ada di negara-negara kapitalis maju, bukan dalam waktu pendek tetapi selama periode setengah abad. Benar bahwa pada periode sebelumnya terjadi sebuah intensifikasi eksploitasi, berdasarkan peningkatan dalam nilai lebih relatif dan absolut. Jam kerja bertambah panjang dan ada tekanan besar untuk meningkatkan produktivitas. Akan tetapi, berdasarkan kerja lembur, seluruh keluarga bekerja, anak-anak muda bekerja paruh waktu, kredit dan hutang, banyak buruh yang mampu meningkatkan taraf hidup mereka secara absolut, bahkan ketika tingkat eksploitasi meningkat tajam dan pemilik modal meningkatkan porsi nilai lebih mereka dari keringat buruh.
Di periode terakhir, intensifikasi divisi tenaga kerja internasional telah mengakibatkan bertambah murahnya harga komoditas, yang berarti kaum buruh mampu membeli barang-barang yang dulunya dianggap sebagai barang mewah: handphone, televisi besar, komputer, laptop, dsb. Marx menjelaskan dulu sekali bahwa perbedaan antara upah riil, upah uang, dan upah nominal (baca Kerja-Upahan dan Kapital). Dalam sebuah boom ekonomi, upah bisa turun berbanding terbalik dengan kapital, sedangkan upah nominal meningkat, dan buruh bisa membeli lebih banyak komoditas dibandingkan sebelumnya. Ini terutama benar dalam periode ketika inflasi rendah untuk alasan-alasan yang spesial, yakni pada saat boom ekonomi terakhir ini dimana harga dan bunga bank ditekan rendah.
Di AS, Inggris, Irlandia, dan Spanyol, harga rumah yang meningkat menambahkan sensasi kepada cukup banyak buruh bahwa “kita semakin kaya”. Kaum pekerja di negara-negara maju paham kalau mereka sedang dieksploitasi, tetapi karena tidak adanya alternatif lain dari para pemimpin serikat buruh, mereka terpaksa mencari solusi-solusi individual dengan bekerja lebih banyak jam lembur dan berhutang.
Inilah yang mengkondisikan kesadaran kelas pekerja di negara-negara kapitalis maju, walaupun kondisi di Dunia Ketiga sangatlah berbeda. Namun sekarang semua telah berubah menjadi kebalikannya. Semua faktor yang bergabung mendorong ekonomi dunia sekarang justru mendorongnya ke spiral menurun yang curam. Ini akan memiliki efek yang besar dalam kesadaran rakyat. Namun proses ini tidak linear dan otomatis, tetapi kompleks dan kontradiktif.
Mengapa keterlambatan ini?
Kesadaran massa dikondisikan oleh serangkaian faktor, objektif dan subjektif yang keduanya bertautan secara dialektis, termasuk siklus ekonomi dan peristiwa-peristiwa masa lalu, pengalaman yang terkumpulkan dalam perjuangan kelas dan dalam refleksinya di dalam organisasi-organisasi buruh.
Tahun 1990an dan 2000an ditandai oleh stabilisasi relatif dari kapitalisme di negara-negara kapitalis manju. Pada kekalahan kebangkitan revolusioner 1970an, sebuah kekalahan yang dapat ditanggali pada akhir tahun 1970an dan awal 1980an kita harus menambahkan keruntuhan blok Soviet pada tahun 1989-91. Ini menyebabkan banyak kebingungan di dalam gerakan buruh dan memungkinkan kelas penguasa untuk meluncurkan sebuah konter-ofensif ideologi yang tidak ada preseden melawan ide-ide sosialisme.
Di atas proses-proses ini, kelas penguasa meluncurkan sebuah kampanye terus-menerus untuk menghancurkan semua pencapaian masa lalu – pemotongan pelayanan publik, privatisasi, penghancuran hak-hak dan kondisi yang telah dimenangkan, penyerangan terhadap hak pensiun, kasualisasi buruh, intensifikasi ekstrasi nilai lebih relatif dan absolut, dsb.
Dalam banyak kejadian kaum buruh melawan serangan-serangan ini, bahkan dengan mobilisasi umum. Di Prancis, Italia, Yunani, dan negara-negara lain kita menyaksikan gelombang pemogokan dan bahkan pemogokan umum melawan rencana-rencana kelas penguasa. Banyak dari gerakan ini berakhir dengan kekalahan atau paling baik meraih kemenangan parsial yang secara sementara menunda serangan-serangan tersebut. Secara historis banyak pemogokan yang kalah dibandingkan yang menang. Pada kenyataannya, satu-satunya saat dimana kaum buruh mampu meraih kemenangan-kemenangan penting adalah ketika kaum kapitalis merasa sistem mereka di bawah ancaman (contohnya pada Mei 1968, atau di akhir 1960an dan awal 1970an di Italia) atau di sebuah periode pertumbuhan ekonomi yang besar seperti pada saat paska perang dunia kedua.
Pertumbuhan ekonomi yang kita saksikan selama 20 tahun terakhir tidak cukup untuk memberikan reforma-reforma penting, tetapi ini telah mendorong buruh untuk mencari solusi-solusi individual dari masalah mereka: masuknya perempuan ke dalam pasar tenaga kerja, lebih banyak anggota keluarga yang bekerja, kerja lembur, ekspansi kredit, dsb.
Akan tetapi, semenjak kekalahan pada awal 1980an (pemogokan buruh tambang Inggris, “rekonversi industri” Spanyol, pemogookan Fiat tahun 1980 di Italia, pemogokanan PATCO di AS), tidak ada kekalahan-kekalahan besar dari kelas buruh Eropa. Barisan kelas buruh telah diisi ulang dengan boom ekonomi, dengan masuknya lapisan buruh muda yang baru. Benar kalau sektor-sektor ini tidak punya tradisi, tetapi mereka juga segar dan tidak membawa beban berat dari kekalahan masa lalu. Dalam banyak kasus, lapisan-lapisan baru inilah yang ada di garis depan perjuangan-perjuangan yang penting dan militan (seperti halnya perjuangan di FIAT Melfi). Jumlah tenaga kerja di 16 negara zona Euro naik dari 125 juta pada tahun 1995 menjadi 148 juta pada tahun 2008 pada awal resesi. Pada saat yang sama kita juga melihat proletarianisasi dari lapisan-lapisan yang dulunya bertaraf hidup tinggi, seperti pekerja bank dan asuransi, guru-guru, pegawai negeri, dsb.
Boom macam ini, yang berdasarkan peningkatan eksploitasi kelas buruh, telah menciptakan sebuah akumulasi kemarahan yang belum menemukan saluran ekspresi. Gerakan anti-kapitalis/anti-globalisasi, dengan semua kebingungannya, adalah refleksi dari ini, seperti juga halnya mobilisasi melawan perang Irak, yang melibatkan jutaan rakyat. Baru-baru ini, krisis ekonomi telah menyebabkan mood kemarahan dan kebencitan terhadap para bankir, spekulan finansial, dsb. Semua ini hanya gejala dari apa yang akan datang, tetapi ini juga adalah bagian penting dari pengalaman massa di periode baru-baru ini yang akan berkontribusi pada peristiwa-peristiwa yang akan datang.
Semua faktor ini telah mempengaruhi karakter dan perkembangan dari mobilisasi kaum muda, dan juga buruh, dan harus dipertimbangkan bila kita ingin mengintervensi dengan efektif.
Tidak ada yang namanya “krisis akhir” kapitalisme. Siklus boom-dan-bust selalu menjadi fitur konstan dari kapitalisme selama lebih dari 200 tahun. Kapitalisme akan selalu keluar bahkan dari krisis ekonomi yang terdalam bila ia tidak ditumbangkan oleh kelas pekerja. Tetapi pertanyaan yang konkrit adalah ini: bagaimana caranya kaum kapitalis keluar dari krisis dan apa akibatnya untuk rakyat? Dan pertanyaan yang kedua adalah: apa hubungan antara siklus ekonomi dan kesadaran kelas pekerja?
IMF memproyeksikan sebuah pemulihan pada tahun 2010 dan sudah ada indikasi-indikasi bahwa ini sedang terjadi. Namun, pertanyaan yang sesungguhnya adalah: pemulihan macam apa? Siapa yang diuntungkan dan siapa yang membayarnya? Bahkan skenario yang paling baik adalah pemulihan yang sangat lemah, yang akan disertai, tidak dengan sebuah peningkatan taraf hidup, tetapi penyerangan yang ganas terhadap taraf hidup, pemotongan anggaran sosial, dan peningkatan pajak yang akan jatuh di pundak kelas pekerja dan kelas menengah.
Ketika Arnold Schwarzenegger mengungkapkan anggaran finalnya sebagai gubernur California, yang termasuk pemotongan pengeluaran untuk menutup defisit 20 milyar dolar AS, dia mengatakan bahwa “tidak ada cara lain untuk menghindari pemotongan.” Ini bisa menjadi slogan yang cocok untuk kelas penguasa, bukan hanya di AS, tetapi seluruh dunia. Ini bukanlah sebuah skenario untuk kedamaian dan kestabilan sosial.
Sebuah pemulihan dengan karakteristik-karakteristik seperti ini akan membuat gusar kelas pekerja pada satu saat tertentu, dan ini akan disertai dengan gelombang pemogokan dan kebangkitan umum perjuangan kelas. Sudah ada awal dari perjuangan melawan krisis dan biaya hidup yang semakin meningkat. Kita sudah menyaksikan protes-protes di Hungaria melawan krisis finansial, dan di Turki, dimana 60 ribu pekerja memprotes kenaikan harga barang dan tingkat pengangguran, menyusul seruan dari serikat buruh, dan para mahasiswapun bergabung. Protes-protes dan mobilisasi-mobilisasi serupa telah terjadi di Eropa dan bahkan di Wall Street juga.
Walaupun kita sedang melalui krisis terbesar semenjak 1930an – kemungkinan terbesar dalam sejarah kapitalisme – krisis ini belum mengekspresikan dirinya dalam sebuah gelombang pemogokan. Tidak diragukan kalau krisis ini menghasilkan perubahana yang signifikan dalam skala dunia.Tetapi ini belum terekspresikan dengan jelas di dalam gerakan buruh. Di Iran ada permulaan revolusi, dan situasi yang serupa sedang berkembang di Honduras. Tetapi di negara-negara industrial kunci, gerakan sedang berkembang dengan lambat.
Beberapa kamerad tidak mengerti bahwa krisis belumlah dengan segera mengekspresikan dirinya di dalam mobilisasi massa, pemogokan, dan okupasi. Keterlambatan di dalam gerakan dapat menyebabkan kebingungan dan frustasi di antara kaum revolusioner bila ini tidak dijelaskan. Tidaklah berguna sama sekali untuk membuat pernyataan-pernyataan umum mengenai “watak revolusioner dari epos sekarang” guna menjelaskan kepada seorang buruh mengapa teman sekerjanya di pabrik tidak berniat mogok. Trotsky membuat ini dengan sangat jelas ketika dia menulis sebagai berikut:
“Bila kita hanya bergerak berdasarkan karakterisasi epos secara umum, mengabaikan tahapan-tahapan konkritnya, kita bisa jatuh ke dalam skematisme, sektarianisme, atau fantasi romantis. Dengan setiap perubahan tajam, kita mengubah taktik dasar kita berdasarkan kondisi-kondisi konkrit yang telah berubah di tahapan tertentu. Disinilah terletak seni taktik.” (Trotsky, 1939-40 Writings, hal. 103)
Apa alasan dari keterlambatan ini? Krisis ini telah mengejutkan buruh, dan reaksi awalnya adalah shok dan kebingungan. Ini tidaklah mengejutkan. Ini adalah sebuah masalah yang konkrit. Kaum buruh melihat pabrik-pabrik ditutup, pekerjaan mereka di ujung tanduk, keluarga mereka terancam, pemimpin-pemimpin serikat buruh tidak memberikan alternatif lain, tetapi justru menggunakan situasi ini untuk menentang pemogokan. Untuk sementara mereka berhasil mengatup gerakan. Tetapi ini ada batasnya.
Secara sementara, pengangguran massal menghambat pemogokan. Tetapi bila ada bahkan sebuah kebangkitan ekonomi yang kecil, dan mereka melihat bahwa para bos sudah tidak lagi memecat orang tetapi mulai menyewa beberapa orang, dan buku order mulai penuh, ini dapat menjadi sebuah stimulus yang kuat untuk perjuangan ekonomi. Perusahaan-perusahaan otomotif sedang menjual stok surplus mereka, menutup pabrik-pabrik dan memecat buruh. Tetapi setelah mereka kehabisan stok, akan ada kemajuan kecil, yang akan membuat buruh otomotif berani, dan terutama mereka yang sekarang belum bergabung dengan serikat buruh, untuk mengambil aksi.
Para buruh bisa menanggung ini untuk sementara waktu. Mereka ingin percaya bahwa yang terburuk sungguh sudah berakhir, bahwa mereka telah melalui topan badai. Mereka mau “menunggu dan melihat” dan mengharapkan perubahan riil dari Obama. Tetapi ini ada batasnya; yang terburuk masih jauh dari berakhir. Shok dari krisis tahun lalu mungkin sudah reda, tetapi sekarang realitas mulai merangkak masuk perlahan-lahan: rakyat Amerika akan dipaksa menerima taraf hidup baru yang lebih rendah, dan tidak akan ada penciptaan pekerjaan yang cepat. Jutaan pekerjaan yang telah hilang sudah lenyap selamanya, digantikan dengan lebih sedikit pekerjaan yang menawarkan gaji lebih rendah, tanpa jaminan sosial, dan tanpa perlindungan serikat buruh.
Dalam jangka pendek, buruh melihat tidak ada alternatif selain menerima penutupan pabrik dan pemecatan. Karena pemimpin serikat buruh tidak menawarkan alternatif, ada sikap yang pesimistis dan fatalistik. Sikap ini diekspresikan oleh seorang buruh otomotif AS yang membuat sedan Chrysler di luar Detroit: “Seseorang harus pergi.” Akan tetapi, ada batasan untuk segalanya. Pada satu tahapan tertentu, suasana hati para buruh akan berubah menjadi kemarahan.
Dalam sebuah krisis, buruh akan merasakan perlunya organisasi serikat buruh bahkan lebih daripada periode lainnya. Di pihak lain, keseriusan krisis ini memaksa kaum borjuasi untuk mengambil sikap yang keras dalam menghadapi serikat buruh. Para bos memiliki strategi untuk melawan beberapa serikat buruh militan yang penting dan mengalahkan mereka guna mengirimkan pesan ke seluruh kelas pekerja. Mereka juga mengambil kesempatan dari resesi ini untuk melakukan ofensif.
Hubungan lama yang mesra dengan pemimpin-pemimpin serikat sudah tidak mungkin lagi. Krisis ini berarti buruh harus berjuang untuk setiap tuntutannya. Di Inggris sudah ada serangkaian perjanjian, yang melibatkan pemotongan jam kerja dan juga upah. Di pihak lain, dimana buruh menghadapi penutupan pabrik dan kehilangan segalanya, kita telah melihat okupasi pabrik seperti Visteon. Di dokumen perspektif kita sebelumnya, kita menggarisbawahi watak kontradiktif dari situasi yang sedang kita masuki, dimana ada penurunan jumlah pemogokan secara umum yang dikombinasikan dengan beberapa perjuangan yang sangat militan di beberapa sektor.
Pemogokan para pemungut sampah di Denmark sangatlah militan, walaupun ini terjadi di tengah jatuhnya level pemogokan di negara itu. Tujuan dari para bos adalah untuk melawannya, dengan cara apapun untuk menghancurkannya. Ini serupa dengan perjuangan buruh listrik Meksiko. Perjuangan ini menarik perhatian seluruh gerakan buruh. Pemogokan pekerja pos di Inggris memiliki aspek yang serupa. Manajemen tampak siap melawan para pekerja, mengambil kesempatan dari suasana hati umum dan membuat mereka sebagai contoh. Dalam kasus ini, para pemimpin serikat buruh menemukan sebuah alasan dan mundur, tetapi masalahnya tetap bercokol.
Situasi di Belanda telah berubah secara dramatis dibandingkan 10 tahun yang lalu. Dari periode politik “konsensus” kita sekarang memiliki sebuah situasi yang sangat terpolarisasi, dengan kelas penguasa yang agresif menghadapi kelas pekerja yang militan. Selama boom paska-perang, mereka dapat memberikan konsesi kepada kelas pekerja, dan pada saat yang sama mengontrol buruh melalui hubungan mereka dengan Federasi Serikat Buruh Kristen (CNV). Sekarang bahkan CNV yang secara tradisional adalah kanan telah menjadi oposisi terhadap rencana CDA (Partai Kristen Demokrasi, sebuah partai borjuasi). Dalam situasi seperti ini, Partai Sosialis telah bangkit sebagai sebuah kekuatan yang cukup besar, yang berdiri di sebelah kiri Partai Buruh.
Kesadaran Kelas Buruh
Adalah sebuah kesalahan yang serius bagi kaum revolusioner untuk membingungkan apa yang kita pahami dengan apa yang dilihat oleh massa. Kebanyakan buruh tidak memiliki kesadaran yang sama dengan kaum Marxis. Seperti yang telah kita jelaskan, efek pertama dari sebuah krisis yang dalam adalah shok. Para buruh tidak mengerti apa yang sedang terjadi. Namun, ini bukan sebuah proses yang sederhana dan seragam. Sudah terjadi beberapa pemogokan yang tajam. Tetapi pada tahapan ini kita tidak dapat mengharapkan sebuah peningkatan umum dalam aktivitas mogok. Dalam sebuah krisis yang dalam, ini tidaklah realistis. Kenyataannya memang ada level pemogokan yang rendah: di AS, Inggris, Italia, Spanyol, Prancis, dll.
Kita tidak dapat menarik sebuah paralel otomatis antara radikalisasi dan pemogokan. Radikalisasi dapat mengekspresikan dirinya dalam berbagai cara. Walaupun angka pemogokan rendah, sudah ada gejolak yang tumbuh di dalam masyarakat, semakin banyak orang mempertanyakan sistem kapitalisme. Ini adalah medan dimana ide-ide kita akan memiliki pengaruh yang besar. Ini adalah sebuah perubahan, dan sebuah perubahan yang penting. Ini menyediakan kondisi yang menguntungkan untuk pertumbuhan tendensi Marxis. Tetapi kita harus sabar dan mengikuti proses radikalisasi selangkah demi selangkah, memajukan slogan-slogan transisional yang konkrit yang dapat menemukan gaung di dalam pikiran rakyat di setiap tahapan. Di atas segalanya, kita harus secara sabar membangun kekuatan kita sendiri, merekrut satu dan dua dan melatih mereka dalam ide dan metode Marxisme, dan mempersiapkan kondisi untuk bisa menarik dan bisa membuat pendekatan ke kelompok-kelompok dan arus-arus Marxis yang akan pecah dari organisasi-organisasi tradisional atau yang akan muncul akibat dari perjuangan kelas.
Para pemimpin reformis mengatakan kepada para buruh bahwa bila mereka sabar dan membuat pengorbanan yang dibutuhkan, semuanya akan menjadi baik dan kondisi masa lalu akan kembali. Ini adalah sebuah penipuan dan kebohongan. Kaum borjuasi tidak bisa mengembalikan kondisi masa lalu. Mereka tidak tahu bagaimana keluar dari lubang yang mereka gali. Satu-satunya hal yang terpikirkan oleh mereka adalah untuk meletakkan beban krisis ini sepenuhnya di atas pundak kaum buruh dan kelas menengah. Oleh karena itu, sebuah skenario yang buruk akan terungkap bagi rakyat dimana-mana. Kaum borjuasi berbicara mengenai anggaran yang seimbang, tetapi ini mustahil tanpa pemotongan taraf hidup yang besar. Ini akan tetap benar bahkan pada saat pemulihan ekonomi.
Pada tanda pertama pemulihan, akan terjadi gelombang pemogokan-pemogokan, yang akan memberikan pengaruh yang besar pada semua organisasi buruh, mendorong mereka untuk berjuang kendati kepemimpinan mereka sekarang ini. Bahkan para pemimpin serikat buruh sayap kanan dan Sosial Demokrasi akan terpengaruh dan terdorong ke kiri oleh tekanan keras kepala dari bawah. Organisasi-organisasi massa akan tergoncang dari atas hingga bawah oleh gelombang radikalisasi. Akan ada satu gelombang pemogokan-pemogokan dan okupasi untuk melawan pemecatan dan penutupan pabrik.
IX. Ancaman Fasisme?
Di dalam situasi transisional ini, kita akan menemukan segala macam kontradiksi, bukan hanya di Amerika Latin tetapi juga di Eropa, AS, dan seluruh dunia. Yang sedang kita lihat sekarang adalah tahapan awal dari polarisasi politik. Situasi ini memiliki karakter yang mudah meledak. Akan ada perayunan yang ekstrim dari kiri ke kanan di dalam opini publik, merefleksikan suasana gusar terutama di lapisan tengah masyarakat, yang sedang mencari jalan keluar dari krisis.
Dengan absennya alternatif partai buruh, kefrustasian buruh di AS dapat terekspresikan dalam cara-cara yang kontradiktif. Adalah mungkin bahwa setelah kegagalan Obama untuk mengantarkan janji “harapan” dan “perubahan”nya kekecewaan terhadap Partai Demokrat bisa membawa kembalinya Partai Republikan di atas basis abstensi yang besar dan suara protes. Di sebuah sistem yang didominasi oleh dua partai kapitalis, “orang yang lain” akan meraup keuntungan dari kegagalan mereka yang ada di tampuk kekuasaan. Kaum Republikan, yang kalah besar tahun lalu, sudah mendapat beberapa kemenangan di pemilu-pemilu mendadak. Ayunan politik macam ini merupakan watak dasar dari situasi sekarang ini.
Tidak heran kalau para sektarian, yang di belakang keultra-kirian mereka terdapat sebuah ketidakpercayaan terhadap kelas bekerja yang besar, akan mengatakan bahwa ini adalah satu bukti bahwa masyarakat sedang bergerak ke kanan. Namun, dalam kenyataannya ini adalah sebuah tahapan yang tidak terelakkan dalam pendidikan politik rakyat, yang harus melalui sekolah Obama dan Demokrat supaya akhirnya bisa menghilangkan semua harapan pembebasan di atas tangan Partai Demokrat. Ini akan menjadi satu proses yang sulit dan berkepanjangan. Tetapi cepat atau lambat, kaum buruh Amerika akan menyadari bahwa satu-satunya jalan ke depan adalah pecah dengan kaum Demokrat dan membangun sebuah partai buruh berdasarkan serikat-serikat buruh. Ini akan mengubah semua persamaan di dalam politik Amerika, dan membuka kesempatan-kesempatan baru untuk kaum Marxis.
Kita menyaksikan ayunan tajam yang serupa di dalam opini publik di Eropa. Pada pemilu Eropa 2009, kaum Sosial Demokrat terutama mengalami kekalahan yang besar dan di beberapa negara kelompok ultra-kanan meraih beberapa dukungan. Hasil-hasil pemilu ini mengindikasikan sebuah perasaan gusar, frustasi, dan kecewa terhadap status quo “mainstream” di dalam politik Eropa. Tidak mengherankan, sekte-sekte ultra-kiri segera mulai berteriak “Fasisme!”. Ini adalah satu omong kosong yang tidak bertanggungjawab. Korelasi kekuatan-kekuatan kelas di semua negara tidak memungkinkan bangkitnya fasisme pada tahapan sekarang ini.
Sebelum Perang Dunia Kedua, di negara-negara seperti Italia dan Spanyol, kelas pekerja adalah minoritas. Bahkan di Jerman pada saat itu ada kelas tani yang besar yang dapat dengan mudah direkrut oleh argumen-argumen demagogik dari kaum kanan ekstrim dan partai-partai fasis. Di Prancis juga sama sebelum Perang Dunia Kedua. Sekarang kelas tani hampir menghilang di kebanyakan negara Eropa dan kaum buruh adalah mayoritas penting di masyarakat. Pada tahun 1930an, para pelajar adalah anak-anak orang kaya. Kebanyakan dari mereka adalah kaum kanan konservatif dan banyak yang merupakan fasis dan kaum Nazi. Di Inggris tahun 1926, para pelajar adalah penghancur-pemogokan. Di Jerman, Italia, dan Austria, kebanyakan pelajar adalah fasis. Sekarang, di hampir semua negara para pelajar adalah sayap-kiri atau bahkan revolusioner.
Gejolak di dalam kelas menengah menemukan segala macam ekspresi, dan ini merefleksikan watak heterogen dari kelas itu. Suara untuk Partai Hijau dan partai-partai serupa adalah sebuah indikasi bahwa lapisan borjuis kecil sedang mencari jalan kelar dari kebuntuan kapitalisme. Gerakan “anti kapitalis” di beberapa negara menunjukkan hal yang sama. Gerakan anti-perang yang meledak untuk menentang invasi Irak menunjukkan potensi revolusioner di dalam masyarakat. Gerakan-gerakan yang serupa juga tidak terelakkan sebagai akibat dari petualangan-petualangan imperialis di Afrika, Timur Tengah, dan Amerika Latin.
Krisis kapitalisme direfleksikan sebuah sebuah krisis dari partai-partai borjuis yang sekarang eksis dan munculnya di sejumlah negara sebuah formasi sayap kanan baru seperti partai Le Pen di Prancis, Laos di Yunani, BNP di Inggris, Lega Nord di Italia, Vlaams Blok, PVV di Belanda dan FDP di Austria. Tetapi di tempat pertama, ini adalah formasi yang tidak stabil. Fluktuasi tajam dalam dukungan elektoral mereka merefleksikan ayunan yang penuh gejolak dalam “opini publik”, yang kecewa dengan partai-partai yang ada dan sedang mencari jalan keluar dari krisis. Di tempat kedua, adalah keliru untuk mengkarakterisasi formasi ini sebagai partai fasis. Fasisme bukanlah sebuah terma umum yang boleh digunakan untuk menjelaskan semua bentuk rejim atau partai reaksioner. Kaum Marxis membedakan bentuk-bentuk rejim reaksioner yang berbeda-beda. Contohnya, Trotsky menggambarkan kediktaturan Primo de Rivera di Spanyol antara tahun 1923 dan 193 sebuah rejim bonapartis, dan dia mengkritisi para pemimpin Komintern yang mengkarakterisasi rejim tersebut sebagai “fasis”.
Trotsky menjelaskan bahwa bonapartis Primo de Rivera “menumbangkan pemerintah dengan bantuan negara dan kekuatan militer.” Dan menambahkan bahwa, “Fasisme muncul dari fenomena massa dari kelas borjuis kecil, lumpen proletar, dan juga dari lapisan terbelakang dari kelas buruh. Kediktaturan Spanyol dan Italia adalah dua bentuk kediktaturan yang berbeda. Kita harus membedakan mereka.”
Dia menjelaskan bawah “basis sejati [dari fasisme] adalah kelas borjuis kecil. Di Italia fasisme memiliki basis yang sangat luas – kaum borjuis kecil di kota-kota besar dan kecil, dan petani. Di Jerman, sama halnya juga, ada basis yang besar untuk fasisme.”
Pertumbuhan ekonomi 60 tahun terakhir telah mengecilkan basis massa untuk fasisme, yakni kelas borjuis kecil. Kaum tani di negara-negara kapitalis maju hampir seluruhnya menghilang dan sebagian besar dari populasi telah menjadi proletar.
Ini menjelaskan mengapa fasisme tidak ada dalam posisi untuk mengembangkan sebuah basis massa hari ini, seperti halnya pada masa lalu. Yang harus dipertimbangkan juga adalah bahwa pengalaman rejim Hitler dan Mussolini telah membuat kelas penguasa mengambil kesimpulan yang sama. Mereka akan menggunakan kekuatan-kekuatan fasis sebagai tenaga pembantu tetapi tidak sebagai instrumen langsung untuk menghancurkan kelas pekerja dan organisasinya segera setelah mereka meraih kesimpulan bahwa kekuasaan mereka terancam.
Secara historis, fasisme muncul sebagai sebuah kekuatan ketika kapitalisme telah memasuki sebuah krisis yang parah, dimana kapitalisme sudah tidak dapat memerintah dengan cara memberikan reforma dan menstabilkan masyarakat. Fasisme muncul ketika kelas penguasa perlu menghancurkan organisasi kelas buruh yang mengancam kekuasaan borjuis.
Kemenangan fasisme di masa lalu adalah satu hal yang mungkin di atas basis situasi sejarah yang unik, sebuah perimbangan kekuatan kelas yang unik, dan juga karena kaum borjuasi merasa mereka tidak punya jalan lain untuk memerintah masyarakat. Sebelum kebangkitan fasisme, kita menyaksikan gerakan massa kelas buruh revolusioner, seperti di Italia tahun 1918-1920, yang berkulminasi pada okupasi pabrik-pabrik, atau beberapa usaha kelas buruh Jerman untuk merebut kekuasaan setelah Perang Dunia Pertama. Hanya setelah sebuah gerakan revolusioner yang gagal, dan ketika kaum borjuis merasa terancam, baru kaum borjuis berpaling ke fasisme, yang tugasnya adalah untuk meluluh lantakkan kelas pekerja sepenuhnya. Sekarang dimanapun di Eropa kaum borjuasi tidak terancam kehilangan kekuasaan. Sebaliknya, pada masa kini kaum borjuasi bersandar pada para pemimpin gerakan buruh. Ini akan berubah ketika serikat-serikat buruh terpaksa menjadi oposisi.
Perspektif ke depan untuk kita adalah peningkatan perjuangan kelas. Perkembangan revolusioner ada di depan kita, bukan di belakan kita. Ini berarti kelas penguasa dimana-mana sedang bersiap-siap untuk perkembangan ini
Di Amerika Serikat, kaum ultra-kanan telah dimobilisasi dengan apa yang disebut partai-partai teh dalam persiapan mereka untuk pertempuran di masa depan. Di Italia, Lega Nord telah mendapat dukungan di Utara terutama karena kekecewaan dengan para mantan “komunis”. Ini adalah sebuah partai yang reaksioner, sovinis, dan anti-imigran. Bossi adalah seorang demagog yang ekstrim kanan, tetapi Lega bukanlah sebuah partai fasis dan karena watak dasarnya tidak dapat menjadi partai seluruh-Italia.
Apa yang tampak nyata adalah bahwa sisa-sisa partai-partai fasis lama, seperti MSI di Italia, dimana mereka mendapatkan basis dan masuk parlemen, menjadi “terhormat” dan bergerak menjauhi metode-metode dan program-program lama mereka demi kesuksesan elektoral. Secara signifikan, partai fasis Itali yang lama (MSI) pertama berubah menjadi sebuah Partai Konservatif, dan kemudian berfusi dengan partainya Berlusconi menjadi satu formasi borjuis tunggal, dengan Fini menuntut pemotongan pengeluaran publik (berlawanan dengan tuntutan dari sebuah partai fasis yang sejati). Di masa lalu, MSI terlibat menyerang dan membunuh aktivis serikat buruh dan kaum komunis.
Partai-partai reaksioner ini menggunakan demagog propaganda anti-imigran untuk mendapatkan gaung dari lapisan masyarakat yang paling terbelakang. Pada tingkatan tertentu ini sesuai dengan tujuan dari kelas penguasa, yang selalu ingin memecah belah buruh dengan garis nasional. Tetapi kaum borjuis membutuhkan kaum imigran, yang menyediakan mereka dengan sumber tenaga kerja yang murah, dan mereka tidak dapat membiarkan geng-geng sayap kanan bergerak terlalu jauh dalam memprovokasi gerakan massa.
Walaupun kita harus memperhatikan fenomena-fenomena ini, dan mengintervensi dalam perjuangan melawan fasisme dan rasisme dengan tuntutan-tuntutan transisional yang tepat yang menghubungkan masalah-masalah ini dengan masalah kelas dan perjuangan sosialisme, kita harus mempertahankan pemahaman yang berimbang (sense of proportion). Tidak ada di antara partai-partai dan gerakan-gerakan reaksioner ini yang dapat dibandingkan dengan kekuatan Mussolini pada awal 1920an, atau bahkan CEDA, gerakan massa pendeta-fasis yang dipimpin oleh Gil Robles di Spanyol pada tahun 1933-34. Pada pemilu baru-baru ini di Inggris, contohnya, BNP menderita kekalahan besar dan kehilangan kursinya kepada Partai Buruh. Di Denmark juga Partai Rakyat Denmark yang anti-imigran telah kehilangan dukungan.
Benar kalau kelas penguasa dengan membuat persiapan-persiapan untuk masa depan, ketika mekanisme demokrasi parlementer yang “normal” sudah tidak dapat mengendalikan gerakan massa. Dimana-mana kita melihat tendensi untuk menghambat dan memotong kebebasan demokrasi yang telah dimenangkan oleh kelas buruh di masa lalu. Menggunakan 9/11 sebagai alasan, administrasi Bush bergegas melewatkan legislasi anti-demokrasi yang dikamuflase sebagai “hukum anti-teror”. Ini telah diimitasi oleh banyak negara-negara kapitalis. Hukum ini akan digunakan di masa depan untuk melawan gerakan buruh.
Di Inggris dan negara-negara lain kelas penguasa telah mencanangkan hukum-hukum anti serikat buruh yang memangkas hak untuk mogok. Ada gerakan untuk memotong hak orang-orang yang ditahan dan dapat dipenjara tanpa pengadilan di bawah hukum anti-teroris. Kekuatan polisi sedang menyempurnakan teknik-teknik untuk merepresi demonstrasi, yang sekarang digunakan untuk melawan demonstran anti-globalisasi, anarkis, dan sebagainya, tetapi besok akan digunakan untuk melawan demo-demo buruh. Ini semua adalah peringatan untuk kelas buruh.
Akan tetapi, pada tahapan ini, kaum borjuasi lebih memilih untuk berkuasa dengan medium demokrasi parlementer formal, yang lebih ekonomis dan lebih kurang beresiko dibandingkan kediktaturan yang tidak stabil. Mereka dapat bersandar pada para pemimpin serikat buruh dan Sosial Demokrasi, yang pada tahap ini adalah dukungan mereka yang paling dapat diandalkan. Pada saat ini mereka membutuhkan organisasi-organisasi reformis massa. Pada kenyataannya, mereka tidak dapat bertahan lama bila pendukung-pendukung ini ditarik dari mereka.
Kelas penguasa oleh karenanya tidak perlu menghancurkan organisasi-organisasi buruh, walaupun jika mereka mampu melakukannya. Namun ini semua dapat berubah. Dengan semakin mendalamnya krisis, tekanan pada para pemimpin reformis akan bertambah kuat agar mereka pecah dengan kaum borjuasi. Trotsky menunjukkan bahwa ada sebuah tendensi organik di antara para petinggi serikat buruh untuk berfusi dengan pemerintah borjuis, dan kita melihat tendensi ini termanifestasikan berulang kali. Tetapi untuk menjaga aliansi mereka dengan para pemimpin serikat buruh, kaum borjuasi harus memberikan mereka sejumlah konsensi untuk ditawarkan kepada buruh. Sekarang ini telah menjadi mustahil.
Pada satu tahapan tertentu, para pemimpin serikat buruh akan terpaksa berubah, pertama menjadi semi-oposisi, dan kemudian menjadi oposisi terbuka. Mereka akan terpaksa menaruh diri mereka di depan buruh dalam perjuangan, kalau tidak mereka akan kehilangan posisi mereka dan digantikan oleh yang lain. Ketika kelas penguasa melihat bahwa mereka sudah tidak dapat lagi menggunakan serikat buruh sebagai anjing penjaga mereka, mereka akan melawan serikat buruh dan para pemimpin mereka. Di bawah kondisi krisis, kaum borjuasi akhirnya akan menarik kesimpulan: terlalu banyak kekacauan, terlalu banyak ketidaktertiban, terlalu banyak pemogokan dan demonstrasi. Mereka akan berusaha bergerak ke arah reaksi. Tetapi ini bukan perspektif yang segera.
Tidak ada prospek reaksi fasis atau Bonaparis di negara-negara kapitalis maju pada saat ini. Tetapi pada jangka panjang, bila buruh tidak merebut kekuasaan, situasi dapat berubah.
Baru-baru ini, pemimpin Komisi Eropa, Presiden Jose Manuel Barroso menjelaskan bahwa demokrasi dapat runtuh di negara-negara seperti Yunani, Spanyol, dan Portugal kecuali kalau sesuatu dilakukan untuk menyelesaikan krisis hutang ini. Dia menjelaskan bahwa negara-negara di Eropa Selatan dapat jatuh ke kudeta militer, bahwa “bila mereka tidak melaksanakan paket-paket penghematan, negara-negara ini dapat menghilang seperti yang kita ketahui mereka sekarang sebagai negara demokrasi. Mereka tidak punya pilihan. Ini adalah satu-satunya cara.”
Akan tetapi, juga benar bahwa kaum borjuasi Eropa memiliki pengalaman yang besar dalam hal fasisme di masa lalu, dan tidak akan begitu mudah menyerahkan kekuasaan pada para avonturir fasis lagi. Lebih mungkin bahwa, ketika kondisi reaksioner muncul di masa depan, ini akan dalam bentuk kediktaturan militer (Bonapartisme). Kemungkinan ini didiskusikan di Italia dan negara-negara lain pada tahun 1970an (“Gladio” dan Konspirasi P2)
“Gladio” adalah bagian dari rencana NATO di semua negara Eropa. Rencana ini menyatakan bahwa kudeta militer akan menjadi kebutuhan di negara Eropa. Kudeta kolonel di Yunani tahun 1967 adalah berdasarkan rencana ini. Ini mengindikasikan bahwa kaum borjuasi telah mengambil kesimpulan bahwa jauh lebih baik untuk mengandalkan aparatus tinggi militer daripada menyerahkan kekuasaan kepada elemen-elemen demagog dan populis yang mungkin tidak dapat mereka kendalikan.
Oleh karena itu, dimana mereka berada, kaum fasis kecil organisasinya secara umum. Mereka dapat menjadi kejam, penuh kekerasan, dan melakukan provokasi, tetapi tidak ada prospek bagi mereka untuk merebut kekuasaan.
Demokrasi borjuis adalah sebuah tanaman yang rapuh yang hanya dapat tumbuh di tanah subur kemakmuran ekonomi. Mendalamnya krisis secara tak terelakkan akan mengakibatkan polariasi tajam antara kelas-kelas yang tidak dapat ditampung di dalam saluran demokrasi normal. Akan tetapi kelas penguasa hanya akan menggunakan reaksi terbuka setelah kelas pekerja menderita serangkaian kekalahan yang sangat berat. Jauh sebelum masalah reaksi fasis atau Bonapartis timbul ke permukaan, kaum buruh akan berusaha berulang kali untuk merebut kekuasaan. Dan akan banyak peluang untuk membangun tendensi Marxis yang kuat di atas basis peristiwa-peristiwa.
X. Organisasi Massa
Di dalam periode ini, masalah mengenai organisasi-organisasi massa akan menduduki satu posisi yang sentral bagi kaum Marxis. Krisis kapitalisme juga merupakan krisis reformisme. Kaum reformis memiliki ilusi bahwa adalah mungkin untuk kembali ke situasi di masa lalu sebelumnya. Tetapi ini mustahil. Perjuangan kelas di bawah kapitalisme adalah perjuangan untuk pembagian nilai lebih yang diciptakan oleh tenaga kelas pekerja. Selama kaum kapitalis menyedot nilai-lebih dalam jumlah yang memadai, mereka bisa membeli kedamaian sosial. Tetapi sekarang ini sudah tidak mungkin lagi.
Pada tahun 1970an, tendensi reformis kiri adalah tendensi yang dominan dan bahkan mulai mengambil karakter sentrisme dalam beberapa kasus. [Sentrisme bagi kaum Marxis adalah transisi dari reformisme kiri ke posisi revolusioner – Ed.] Tetapi pada tahun 1980an tren ini telah berbalik. Secara umum ada pergeseran ke kanan di semua partai-partai Sosial Demokratik, dan bahkan Partai-Partai Komunis. Tendensi reformis kiri dimana-mana sekarang lemah atau telah runtuh sepenuhnya. Ini adalah akibat dari tiga dekade boom ekonomi, yang telah menyegel degenerasi dari semua partai ini, degenerasi yang telah bergerak lebih jauh dari yang dapat diperkirakan oleh kaum Marxis.
Jauh dari bereaksi dengan sebuah program perjuangan untuk memobilisasi massa, krisis ini telah mendorong para pemimpin reformis ke arah yang sebaliknya. Mereka mendukung kaum borjuasi dan bail-out besar untuk para bankir dan kapitalis. Mereka akan mendukung pemotongan dan pengetatan, dengan dalil untuk “menyelesaikan masalah pengangguran”.
Para pemimpin reformis kanan berpikir bahwa mereka memenangkan pemilu karena kebijakan-kebijakan “cerdas” dan “realistis” mereka. Pada kenyataannya, dimanapun mereka memenangkan pemilu ini bukan karena kebijakan mereka, ataupun mereka sendiri. Mereka tertolong oleh boom kapitalisme dan absennya sebuah alternatif kiri. Tetapi dengan krisis sekarang ini, kebijakan mereka terekspos bangkrut. Para pemimpin sayap-kanan ini pada waktunya akan terlempar keluar dan digantikan oleh orang-orang lain, yang berdiri jauh di sebelah kiri, yang merefleksikan kemarahan massa dengan cara yang bagaimanapun bingung, parsial, atau inkonsisten. Ini adalah tahapan yang tak terelakkan.
Krisis ini akan menemukan ekspresinya di dalam serikat-serikat buruh. Di dalam artikelnya Perspektif untuk Kebangkitan Ekonomi (18 Agustus 1932), Trotsky menulis bahwa seorang revolusioner haruslah sabar. Dia juga menulis bahwa setiap anggota Partai harus bergabung dengan serikat-serikat buruh. Dia menekankan bahwa kaum revolusioner harus membentuk hubungan yang lebih dekat dengan organisasi-organisasi massa, terutama serikat buruh. Ini bukanlah sebuah kebetulan. Di dalam sebuah krisis, kaum buruh merasakan membutuhkan organisasi massa untuk membela kepentingan mereka, dan organisasi ini akan terpengaruh oleh krisis.
Dalam beberapa kasus, dengan pendekatan yang berani, kita akan bisa menaruh diri kita di kepemimpinan massa. Tetapi tidaklah mungkin sebuah organisasi revolusioner yang kecil bisa menggantikan organisasi massa tradisional. Massa rakyat tidak memahami hal-hal seperti kaum Marxis. Akan menjadi kesalahan yang fatal bila kita membingungkan kedua hal ini.
Kita telah kembali ke situasi yang digambarkan oleh Trotsky pada tahun 1938 di Program Transisional: sebuah krisis organik kapitalisme yang tidak ada jalan keluar kecuali dengan pemotongan lebih lanjut dan kejatuhan taraf hidup. Akan tetapi, ketika Trotksy menulis mengenai krisis organik, dia tidak mengatakan bahwa tidak akan ada pemulihan sementara. Siklus boom-dan-bust tidak akan hilang sampai kapitalisme ditumbangkan. Tetapi di dalam periode kebangkrutan kapitalisme, siklus ini tidak sama seperti ketika dalam periode ekspansi mudanya.
Keruntuhan Stalinisme telah menguatkan secara penuh degenerasi reformis dan nasionalis dari para mantan Stalinis, seperti yang diprediksikan oleh Trotsky pada tahun 1928. Di Italia, partai “Komunis” yang lama, setelah perpecahan PRC (Partito Rifondazione Comunista, Partai Refondasi Komunis), mengubah dirinya menjadi Partai Demokrat – sesuatu yang dicoba oleh Blair dengan Partai Buruh di Inggris, tetapi gagal. Namun, argumen para sekte ultra-kiri bahwa Partai-Partai Komunis sudah habis bukanlah sesuatu yang baru dan ini berkontradiksi dengan pengalaman sejarah.
Pada tahun 1931, Partai Komunis Prancis menyusut sampai 5000 anggota saja akibat dari kebijakan ultra kiri Periode Ketiga [Periode Ketiga adalah kebijakan ultra kiri Stalinis yang mengatakan bahwa kapitalisme sudah memasuki krisis akhirnya dan kaum sosial demokrasi adalah sama dengan kaum sosial fasis – Ed.]. Tetapi ia segera pulih dan menjadi sebuah kekuatan massa. Pada tahun 1968, Partai Sosialis Prancis hanya mendapatkan 4% suara di pemilu dan diabaikan oleh sekte-sekte, tetapi ia lalu menjadi partai utama dari kelas pekerja. Di Inggris, Partai Buruh pada tahun 1980an hanya mendapatkan 28% suara dan semua orang berpikir bahwa “Partai Buruh tidak akan pernah lagi mememangkan pemilu.” Namun pada tahun 1998 Partai Buruh meraih kemenangan telak. Ada banyak contoh yang lainnya.
Penjelasannya sederhana. Kaum buruh tidak punya alternatif lain selain organisasi massanya. Walaupun suara pemilu bisa naik atau turun, tetapi partai-partai reformis dan mantan Stalinis masih memiliki dukungan yang besar dari rakyat. Buruh tidak mengerti organisasi-organisasi kecil. Ketika mereka bergerak, mereka niscaya akan mengekspresikan diri mereka melalui organisasi massa tradisional. Hukum ini diformulasikan oleh Ted Grant dan telah dikonfirmasikan oleh pengalaman sejarah. Semua usaha sekte-sekte untuk membentuk partai massa revolusioner di luar organisasi-organisasi massa telah gagal. Mereka tidak mengerti bagaimana kelas bergerak.
Ada yang mengatakan bahwa kesadaran telah terlempar ke belakang. Tetapi sejarah materialisme mengajarkan kita bahwa kondisi menentukan kesadaran. Masalahnya adalah bahwa kesadaran tertinggal di belakang situasi objektif, organisasi-organisasi massa tertinggal di belakang, dan di atas segalanya, kepemimpinan kelas pekerja bahkan tertinggal jauh lebih di belakang. Ini adalah kontradiksi utama di periode sekarang ini. Ini harus diselesaikan, dan ini akan terselesaikan. Secara dialektis, kesadaran akan mengejar realitas dengan cara yang eksplosif.
Lapisan-lapisan baru yang akan masuk ke dalam perjuangan akan jauh lebih militan daripada generasi yang lebih tua, yang psikologinya telah terbentuk di dalam tahun-tahun boom ekonomi, tetapi mereka tidak punya pengalaman langsung dan mereka tidak membaca program-program partai atau pidato-pidato para pemimpin. Mereka dipandu oleh sebuah gagasan yang samar-samar bahwa kita perlu mengubah masyarakat. Di periode selanjutnya, partai-partai massa akan dipenuhi dengan ribuan buruh dan kaum muda yang ingin mengubah masyarakat.
Ini akan memiliki sebuah pengaruh terhadap kepemimpinan, yang juga akan diganti berulang-kali. Proses ini akan dimulai di serikat-serikat buruh, dimana para pemimpin lama yang terbentuk di periode boom ekonomi akan berada di bawah tekanan yang besar: mereka akan merespon tekanan ini dan mulai memberikan kepemimpinan, atau mereka akan terdorong keluar dan digantikan oleh elemen-elemen yang lebih baru dan segar yang lebih dekat dengan suasana hati para anggota. Krisis dan perpecahan adalah tak terelakkan, dengan kebangkitan tendensi-tendensi reformis kiri dan sentris pada satu tahapan tertentu.
Bahaya Ultra-kiri
Penundaan lama dalam realisasi perspektif kita mengenai oganisasi massa telah menghasilkan sejumlah kebingungan bahkan di dalam barisan kaum Marxis, yang terrefleksikan di dalam tendensi oportunis dan ultra-kiri. Ketidaksabaran adalah sumber dari oportunisme dan juga ultra-kiri. Mereka adalah dua sisi dari koin yang sama. Kedua tren ini berusaha mencari jalan pintas ke massa rakyat. Mereka ingin menuai dimana mereka belum menabur bibit. Ini mustahil. IMT tidak boleh memberikan konsesi kepada tendensi-tendensi ini. Tendensi Marxis diciptakan dari perjuangan tanpa belas kasihan untuk membebaskan dirinya dari oportunisme dan ultrakiri-isme.
Tendensi Marxis tidaklah imun dari tekanan kapitalisme. Perubahan yang tiba-tiba dan juga karakternya yang kontradiktif niscaya merefleksikan dirinya dalam perbedaan-perbedaan pendapat, dan bahkan konflik-konflik yang tajam. Ini bukanlah satu kebetulan. Perbedaan yang tampak sepele pada periode sebelumnya sekarang menjadi serius ketika situasi berubah. Kesalahan-kesalahan kecil di beberapa seksi, yang dalam situasi “normal” dapat dibenarkan dalam jangka waktu panjang melalui diskusi, dapat tumbuh menjadi masalah yang lebih serius.
Ketidaksabaran dengan pacu perkembangan peristiwa sedang mempengaruhi semua lapisan akvitis yang tidak memiliki keuntungan perspestif Marxis yang ilmiah. Banyak aktivis di sekitar kita yang terdemoralisasi dan pesimis, dan suasana hati seperti ini dapat menjangkiti beberapa kamerad kita juga. Kekalahan-kekalahan masa lalu telah meninggalkan setumpuk mayat-mayat politik, beberapa dari mereka tidak siap untuk berbaring saja dan sebaliknya mereka berkeliaran seperti zombi di dalam film horor murahan, memangsa mereka yang hidup, yang ingin mereka ubah menjadi zombi seperti mereka sendiri.
Beberapa kamerad, di bawah pengaruh selapisan aktivis yang telah terbakar dan terdemoralisasi, menyalahkan massa, dan jatuh ke dalam perangkap yang disebut oleh Trotsky sebagai skeptisisme busuk. Yang lain, tanpa mengakuinya, mulai mempertanyakan perspektif kita untuk organisasi buruh tradisional, partai massa buruh, dan serikat buruh. Mereka menganggap organisasi-organisasi ini sebagai sesuatu yang tidak bisa lagi diselamatkan, dan lalu berpetualang dalam usaha sia-sia untuk menemukan “partai massa buruh” yang baru.
Masalah yang utama adalah krisis di dalam kepemimpinan kelas pekerja, peran-peran yang dimainkan oleh para pemimpin partai massa buruh dan serikat buruh, ditambah oleh karakter kompleks dan kontradiktif dari fase yang sedang kita lalui. Kita masih hanya sebuah organisasi kecil dengan beberapa ribu kader di seluruh dunia. Kekuatan kita masih terlalu kecil untuk memiliki pengaruh yang besar di dalam gerakan massa. Kita masih dalam tahap merekrut satu dan dua, walaupun seperti yang ditunjukkan oleh pengalaman di Brazil kita juga dapat memenangkan sekelompok buruh bila kita bekerja dengan tepat.
Kita harus memiliki sense of proportion, yakni tahu batas kekuatan kita sendiri. Terutama pada saat ini kita sedang membangun sebuah organisasi kader. Kita tidak boleh melakukan kesalahan yang fatal dalam melebih-lebihkan kekuatan kita sendiri. Tetapi situasi sekarang ini lebih menguntungkan dibandingkan ketika kita membentuk IMT. Kita telah melakukan beberapa kesalahan; tetapi neraca kerja IMT selama dekade terakhir sangatlah baik. Otoritas politik IMT tidak pernah lebih tinggi daripada sekarang.
Tidak ada obat mujarab atau jalan pintas. Ketidaksabaran adalah musuh terburuk kita. Kita harus memiliki kesabaran dan keyakinan pada kelas pekerja. Kita tidak boleh bergerak terlalu di depan kelas pekerja, tetapi kita harus menemani mereka dalam pengalaman mereka. Lenin sangat gemar mengutip perumpamaan Rusia: “kehidupan adalah guru”. Kaum buruh sedang belajar, menarik kesimpulan dari pengalaman-pengalaman mereka. Kita harus berpartisipasi di dalam perjuangan kaum buruh dan muda, dan di setiap tahapan secara sabar menjelaskan kepada mereka yang ada di sekitar kita dan kepada kamerad kita sendiri arti-arti dari peristiwa yang terjadi.
Di atas segalanya, kita sedang membangun sebuah organisasi kader. Ini adalah prasyarat untuk keberhasilan kita di hari depan. Engels menunjukkan (dan Lenin menekankan ini) bahwa selain perjuangan ekonomi (pemogokan) dan perjuangan politik, kita juga harus menaruh perhatian besar pada perjuangan ideologi. Ini terutama sangat penting pada persimpangan sejarah sekarang ini. IMT unik dari tendensi-tendensi yang lain yang mengklaim mewakilkan Marxisme dan Trotskisme, dimana kita telah secara konsisten membela dan mengembangkan teori Marxis. Produksi teoritis kita adalah yang membedakan kita di saat ketika tendensi-tendensi yang lain telah mencampakkan perjuangan teori. Kebencian terhadap teori selalu merupakan jaminan kebangkrutan politik dan organisasional, seperti yang ditunjukkan oleh nasib dari Internasional yang lama.
Masa depan IMT tergantung pada kemampuan kita untuk melatih kader-kader. Kita harus melawan tekanan-tekanan oportunisme dan ultrakiri-isme dan berjuang melawan tendensi-tendensi tersebut di tubuh organisasi kita. Niscaya kita akan kehilangan beberapa kamerad. Tidak semua orang bisa berenang melawan arus. Banyak yang tidak bisa beradaptasi pada kondisi baru ketika arus mulai berubah. Bukanlah sebuah kebetulan bahwa justru pada saat inilah terjadi krisis di dalam gerakan Kiri. Tekanan-tekanan dari situasi objektif akan terekspresikan di antara anggota-anggota kita, dan ini akan secara kejam mengungkapkan kelemahan-kelemahan yang sebelumnya tersembunyi. Ini tak terelakkan. Tendensi revolusioner tidaklah imun terhadap tekanan-tekanan di dalam masyarakat dan gerakan buruh.
Untuk kaum ultra-kiri, situasinya selalu revolusioner, dan kaum proletar selalu siap untuk mengadakan pemogokan umum dan membangun barikade. Orang-orang ini hidup di sebuah dunia yang jauh terpisah dari kehidupan nyata kaum buruh. Bagi mereka, program transisional tidak pernah eksis. Mereka terkutuk menjadi impoten.
Kita tidak bisa menuai dimana kita belum menabur bibit. Inilah yang sedang dicoba dilakukan oleh kaum ultrakiri. Kerja di dalam organisasi-organisasi massa adalah kerja jangka panjang dan membutuhkan kesabaran, memenangkan posisi satu demi satu, memenangkan dan melatih kader satu dan dua. Tidak ada pengganti untuk ini. Kelas pekerja tidak memahami organisasi “revolusioner” kecil, dan harus selalu mengekspresikan diri mereka melalui organisasi kelas tradisional. Dalam kata-kata Ted Grant: “Di luar gerakan buruh tidak ada apa-apa.”
XI. Perspektif dan Tugas
Perspektif adalah sebuah sains, tetapi ia bukanlah sebuah sains yang jitu. Cabang fisika tertentu dapat memberikan prediksi dengan kejituan yang mengejutkan, tetapi ada cabang sains lainnya, seperti geologi, yang tidak memiliki privilese seperti itu. Sampai hari ini, kendati perkembangan di dalam ilmu seismologi, mustahil untuk memprediksi waktu terjadinya gempa bumi. Yang dapat dikatakan hanyalah bahwa di tempat ini-dan-itu terdapat garis kerak bumi (fault line) dan cepat atau lambat sebuah gempa bumi akan terjadi.
Situasinya bahkan lebih kompleks dalam ilmu sosial. Kita cukup membaca komentar-komentar putus-asa dari para ekonom borjuis beberapa bulan belakangan ini. Tuan-tuan dan nyonya-nyonya terhormat yang sebelumnya berpikir bahwa model-model terperinci mereka dapat memprediksi tindak-tanduk ekonomi kapitalis dunia, dan yang sebelumnya dengan penuh percaya diri memprediksikan kemustahilan kemerosotan ekonomi, sekarang memukul dada mereka dalam perasaan bersalah di depan publik. Barry Eichengreen, seorang sejarahwan ekonomi yang ternama, menulis: “Krisis ini telah menebarkan keraguan mengenai apa yang kita sebelumnya ketahui mengenai ilmu ekonomi.” Paul Krugman, yang telah dihadiahi Hadiah Nobel untuk ilmu ekonomi pada tahun 2008, telah mengatakan: “Selama tiga puluh tahun terakhir, teori makroekonomi sangat tidak berguna, dan lebih parah lagi secara positif berbahaya.”
Kaum borjuasi tidak mengerti apa-apa. Mereka tidak tahu yang yang sedang terjadi dan sekarang ada dalam kepanikan. Inilah mengapa mereka mengambil kebijakan-kebijakan yang tidak bertanggungjawab dari sudut pandang ekonomi ortodoks. Ini adalah satu tanda keputusasaan. Ketidakmampuan dari para ekonom borjuis untuk menjelaskan segala sesuatu sangatlah jelas. Kaum Marxis mampu memprediksikan keniscayaan dari kemerosotan ekonomi, dan dalam hal ini mereka jauh lebih superior daripada para ekonom borjuis. Tetapi kita tidak bisa memprediksikan waktu kejadian ini seperti halnya ahli seismologi tidak mampu memprediksikan gempa bumi besar yang menghancurkan Haiti.
Adalah keliru untuk menuntut lebih dari apa yang bisa diberikan oleh sebuah dokumen perspektif. Perspektif bukanlah sebuah rencana yang siap-jadi mengenai apa yang akan terjadi (ini namanya bola kristal), tetapi sebuah hipotesa kerja. Dan seperti semua hipotesa, ia harus selalu dicek oleh lajunya perisitiwa nyata, diisi dengan data-data baru, dimodifikasi, atau bahkan ditolak. Dalam kata lain, perspektif adalah sebuah proses aproksimasi (penaksiran) yang suksesif.
Mari kita jelaskan ini dengan cara yang berbeda. Sebelum seorang jendral pergi berperang, dia pertama-tama harus mengerjakan sebuah rencana perang, yang berusaha untuk memperkirakan bagaimana peperangan akan berlangsung. Dia akan mempertimbangkan semua informasi yang tersedia, seperti jumlah pasukannya dan jumlah pasukan musuhnya, kondisi pelatihan dan moral mereka, dan kekuatan tembak relatif dari kedua sisi, geografi medan perang, cuaca, dan sebagainya. Dia juga akan mencoba mengantisipasi gerakan musuh yang paling mungkin, taktik-taktik mereka, dan sebagainya.
Seperti yang dikatakan Napoleon, ini adalah sebuah persamaan yang sangat rumit dengan jumlah variabel yang hampir tidak terbatas. Namun, hanya seorang jendral yang buruk yang mengirim pasukannya ke peperangan tanpa sebuah rencana perang. Di pihak lain, bahkan akan lebih buruk bila sang jendral bersikeras ingin mengikuti rencana perang awalnya secara kaku dan mengabaikan perubahan-perubahan yang terjadi pada saat jalannya perjuangan yang awalnya tidak dia antisipasi.
Dengan secara konstan mengubah dan mengadaptasi perspektif kita berdasarkan situasi yang berubah, kita akan membantu meningkatkan tingkat pemahaman kita. Tujuan kita adalah untuk menentukan sebaik mungkin tahapan politik, ekonomi, dan sosial yang sedang kita lalui sekarang, guna mengintervensi gerakan, membangun akar di dalam kelas pekerja, dan membangun organisasi kita dengan lebih efektif.
Sebuah kemerosotan ekonomi yang dalam bukanlah perspektif terbaik untuk kerja kita. Perspektif yang paling menguntungkan adalah perspektif yang paling mungkin: yakni sebuah periode pertumbuhan lemah yang panjang yang disertai dengan serangan terus-menerus terhadap taraf hidup rakyat. Perspektif semacam ini adalah sebuah resep untuk perjuangan kelas. Satu hal yang pasti: mereka tidak akan bisa kembali ke hari-hari boom ekonomi paska-1945. Bahkan untuk kembali ke boom konsumsi artifisial pada tahun 1990an adalah satu hal yang diluar kemampuan mereka sekarang.
Lenin pernah menulis sebuah artikel dengan judul Bahan-Bahan Mudah Terbakar di Dunia Politik. Sekarang dimana-mana ada bahan mudah terbakar, dan kondisi untuk revolusi semakin matang.
Kita sedang memasuki satu periode yang paling bergejolak, yang akan berlangsung selama bertahun-tahun, serupa dengan periode di Spanyol dari tahun 1930 hingga 1937. Akan ada kekalahan-kekalahan dan kemunduran-kemunduran, tetapi di bawah kondisi ini rakyat akan belajar dengan cepat.
Tentu saja kita tidak boleh melebih-lebihkan: kita masih ada di awal periode tersebut. Ini bukanlah sebuah proses yang sederhana. Kita harus sabar. Tetapi dua hal yang jelas: setidaklnya kita dapat mulai melihat awal dari perubahan kesadaran massa rakyat. Jutaan rakyat sekarang terbuka pada ide-ide Marxisme, tidak seperti dahulu kala.
Dalam situasi seperti ini, agitasi murni hanya memiliki nilai yang terbatas. Kaum buruh yang serius menginginkan penjelasan, bukan slogan. Tetapi melalui kemenangan dan kekalahan kelas pekerja akan belajar, dan ide-ide kita akan mulai mendapatkan gaung. Kita akan memiliki waktu untuk membangun kekuatan Marxisme. Kita memiliki waktu, tetapi waktu ini tidak terbatas. Kita harus memiliki urgensi untuk membangun tendensi kita.
Internasionale ini akan memainkan peran yang penting, bila kita tetap tenang dan tidak membuat terlalu banyak kesalahan. Kekuatan kita masihlah sangat kecil, kita sedang berjuang untuk membangun embrio pertama Internasionale di banyak negara, tetapi kita sudah mulai berkembang. Kita sudah bukan lagi hanya pengamat, tetapi kita sudah menjadi bagian aktif dalam gerakan di beberapa negara penting. Kita memiliki taktik dan metode yang tepat, dan di atas segalanya kita berkeyakinan untuk menghubungkan ide-ide ini ke organisasi massa kelas pekerja. Oleh karena itu, kita bisa penuh percaya diri akan masa depan kita.
Internasional kita memiliki jarinya pada denyut nadi sejarah. Kita harus mengikuti peristiwa-peristiwa dengan dekat, terutama kehidupan internal dari organisasi-organisasi massa. Di Lima Tahun Pertama Komintern, Trotsky menulis mengenai “tendensi yang tumbuh bersama revolusi, yang mampu melihat masa depan mereka, yang menentukan untuk dirinya sendiri tujuan-tujuan yang jelas dan tahu bagaimana untuk mencapai mereka.” (Vol 1, hal. 72)
Inilah yang kita butuhkan untuk bisa berhasil dalam menciptakan instrumen yang diperlukan oleh kaum proletar untuk membawa perubahan sosialis ke dalam masyarakat. Kita dapat maju ke depan dengan penuh kepercayaan dalam ide-ide Marxisme, penuh kepercayaan dalam peran revolusioner kelas pekerja, penuh kepercayaan dalam diri kita sendiri dan masa depan Tendensi Marxis Internasional.