Alan Woods diwawancari oleh Sudestada, sebuah majalah bulanan seni, budaya, dan berita Argentina, tentang Revolusi Rusia dan degenerasi yang terjadi sesudahnya. Sebagaimana dijelaskan Alan, apa yang gagal di Rusia bukanlah sosialisme, melainkan sebuah karikatur birokratik dari sosialisme. Dalam bagian pertama ini, Alan bertutur mengenai bagaimana Stalin naik ke tampuk kekuasaan.
Tanya (T): Apakah peran yang dikenakan massa-rakyat Rusia kepada Trotsky setelah kemenangan Revolusi tatkala Lenin terus mengalami kemerosotan secara fisik?
Alan Woods (AW): Peran Trotsky baik semasa maupun sesudah Revolusi Oktober sangatlah besar. Lenin sangat menghargai Trotsky. Misalnya, ia berkata, pada 14 November 1917: “Trotsky dulu sekali memahami bahwa sebuah persatuan dengan kaum Mensheviks adalah mustahil, dan sejak saat itu tidak ada Bolshevik yang lebih baik.” Hanya Leon Trotsky yang diakui secara universal sebagai orang kedua setelah Lenin dalam kepemimpinan Partai. Kenyataannya, massa-rakyat (dan juga musuh-musuh Revolusi) biasa merujuk Partai Bolshevik sebagai Partai Lenin-Trotsky.
T: Apakah alasan utama mengapa Stalin diberikan pos-pos yang sangat penting di dalam Partai setelah kemenangan Revolusi Oktober?
AW: Sisi kerja organisasional secara tak terhindarkan menjadi hal yang sangat penting setelah Revolusi, ketika kaum Bolshevik mempunyai tanggung jawab menjalankan sebuah aparatus Negara yang sangat besar, memberi makan penduduk, menjalankan sistem transportasi, dsb., sementara Perang Sipil sedang berkecamuk. Pekerjaan ini menyerap banyak kader-kader Partai, yang mendapati diri mereka terbawa ke dalam pekerjaan aparatus Negara. Jelas ada bahaya dalam situasi ini, dan Lenin gelisah jangan-jangan Partai akan melakukan dan mempertahankan kontrol yang kuat atas pekerjaan ini.
Sverdlov, sebagai sekretaris jenderal Partai memenuhi tugas ini secara terhormat. Ia adalah seorang organisator yang luar biasa, seorang yang jujur, yang sama sekali bebas dari ambisi pribadi dan sepenuhnya berdedikasi kepada Revolusi dan Partai, meski ia bukan seorang teoretikus. Tatkala Sverdlov meninggal dunia pada tahun 1919, Lenin mencari seorang organisator yang baik dengan karakter yang kuat untuk mengawasi aspek pekerjaan ini. Lenin berpikir bahwa Stalin akan memainkan peran yang sama dengan Sverdlov. Tapi ia keliru. Stalin menggunakan posisinya di dalam Partai dan aparatus Negara (yang sekarang kian terindetifikasi satu sama lain) untuk mempromosikan kroni-kroninya dan memusatkan kekuasaan ke dalam tangannya sendiri. Di kemudian hari Lenin berkomentar tentang hal ini dalam “Surat Wasiat”-nya.
T: Menurut Anda mengapa Trotsky memutuskan untuk tidak turut-campur dalam diskusi tentang persoalan Georgia (meski ia tahu pendapat Lenin dan kesediaannya untuk bertarung menghadapi posisi Stalin) dan mengapa ia tidak setuju untuk mengajukan perubahan sekjen dalam Kongres XII?
AW: Selama sakitnya yang terakhir, Lenin menjadi sadar tentang penyimpangan-penyimpangan serius dalam kepemimpinan Partai. Kendati upaya-upaya keras Stalin untuk mengisolasinya dari realitas, Lenin belajar tentang perilaku memalukan Stalin dan konco-konconya, Dzerzhinsky dan Ordzhonikidze di Georgia. Menggunakan metode-metode birokratik, mereka telah menginjak-injak sentimen nasional rakyat Georgia dan menindas kaum Bolshevik Georgia, bahkan menggunakan kekerasan fisik terhadap pemimpin-pemimpin Partai.
Ketika Lenin mendapati hal ini ia sangat marah dan menuntut pemecatan Ordzhonikidze, kaki-tangan Stalin, dari Partai. Ia menulis sebuah catatan yang dialamatkan kepada Mdivani, pemimpin Partai Komunis Georgia, dengan menjanjikan kepada kaum Bolshevik Georgia dukungan penuh untuk melawan Stalin, Dzerzhinsky, dan Ordzhonikidze. Dari ranjang-kematiannya, Lenin mempersiapkan sebuah perjuangan melawan Stalin (sekretarisnya berkata: “Vladimir Ilyich sedang mempersiapkan sebuah bom untuk Stalin) dan membentuk sebuah blok dengan Trotsky.
Tapi segera setelah itu kesehatan Lenin mendadak memburuk, yang membuatnya mustahil untuk menghadiri Kongres Partai. Ketika ia menjadi tak berdaya karena sakitnya, segala-galanya berubah. Tidak ada seorang pun yang mempunyai otoritas yang sama dengan Lenin, dan Trotsky enggan untuk melancarkan perjuangan di dalam Kongres yang dapat berakhir dalam sebuah perpecahan yang prematur. Di samping itu, ia masih belum putus berharap bahwa Lenin akan pulih kembali. Karena itu ia memutuskan untuk mengulur waktu.
Dalam mengevaluasi motif-motif Trotsky, mutlak perlu untuk memahami konteks obyektif yang di dalamnya perjuangan internal Partai berlangsung. Ada bahaya yang sangat serius bahwa perpecahan terbuka dalam kepemimpinan Partai dapat berkembang menjadi perpecahan di sepanjang garis klas, yang akan melemahkan kediktaturan proletariat dan bermuara pada kontra-revolusi kapitalis. Kelompok yang berkuasa (“troika”) menuding Trotsky atas segala macam hal dan ia tidak ingin dianggap sebagai pemecah belah. Itulah alasan utama mengapa ia memutuskan untuk tidak memulai sebuah pertempuran terbuka dalam Kongres Partai XII.
T: Dalam otobiografinya, My Life, Leon Trotsky mengkonfirmasi bahwa Lenin telah memilihnya sebagai penerusnya yang paling jelas dalam politbiro. Mengapa Anda pikir Lenin tidak pernah membuat keputusan tersebut diketahui publik?
AW: Kongres XII berlangsung pada pekan-pekan awal 1923, pada suatu waktu manakala klik yang berkuasa belum merasa percaya-diri akan posisinya dan sedang bergerak dengan hati-hati. Stalin masih memainkan peran yang kelihatannya di bawah Zinoviev dan Kamenev. Sebenarnya ia tidak dikenal di luar lingkaran sempit kader-kader Partai. Zinoviev-lah yang memainkan peran kepemimpinan pada tahap ini.
Lenin sendiri masih bergerak hati-hati pada waktu itu. Ia tidak membuat surat ini diketahui publik karena ia sedang mengharapkan untuk menyelesaikan problem-problem ini di dalam Paratai. Pada tahap itu, baik Lenin, Trotsky, maupun partisipan lainnya tidak menyadari kegawatan sepenuhnya dari situasi itu atau di mana itu akan berakhir. Lenin khawatir terhadap bahaya kontra-revolusi kapitalis (ketakutan yang juga ada pada Trotsky). Tentang persoalan ini Lenin menulis: “Partai kita bersandar pada dua klas, dan karena alasan itu ketidakstabilannya adalah mungkin, dan bila tidak bisa ada sebuah persetujuan di antara klas-klas tersebut kejatuhannya tak terelakkan. Dalam peristiwa seperti itu akan menjadi sia-sia untuk mengambil langkah apapun atau secara umum mendiskusikan stabilitas Komite Pusat. Dalam peristiwa seperti itu tidak ada langkah yang akan terbukti mampu mencegah perpecahan. Tapi saya percaya bahwa itu terlalu jauh di masa depan, dan sebuah peristiwa yang terlalu muskil, untuk dibicarakan.”
Lenin takut jangan-jangan perpecahan terbuka antara Trotsky dan Stalin bakal memprovokasi sebuah perpecahan di dalam Partai di sepanjang garis klas. Itulah sebabnya ia tidak membuat pandangan-pandangannya tentang kepemimpinan Partai diketahui publik dan juga itulah sebabnya ia mengekspresikan dirinya sendiri dalam Wasiat dengan bahasa yang sangat terjaga. Jangan lupa bahwa ia berniat untuk datang sendiri ke Kongres Partai XII, di mana saya percaya ia akan mengekspresikan dirinya dalam terma yang lebih empatik.
Dalam Wasiat-nya, Lenin mengatakan bahwa Trotsky “istimewa bukan hanya karena kemampuannya yang luar biasa. Ia secara pribadi barangkali merupakan orang yang paling handal dalam Komite Pusat saat ini. […]”. Sehubungan dengan Stalin ia menulis: “Kamerad Stalin, setelah menjadi Sekretaris Jenderal, mempunyai otoritas tak terbatas yang terpusat di dalam tangannya, dan saya tidak yakin apakah ia akan selalu mampu menggunakan otoritas tersebut dengan kehati-hatian yang memadai.” Di sini Lenin sedang mengekspresikan dirinya dengan hati-hati, tapi kemudian ia menambahkan sebuah postscript yang di dalamnya ia menuding Stalin kasar, tidak loyal, dan menganjurkan agar Stalin disingkirkan dari jabatan sekretaris jenderal.
Persoalannya adalah terlalu mudah bagi kita untuk menelaah peristiwa-peristiwa ini setelah semuanya telah terjadi. Kita harus ingat bahwa kemunculan Stalin dan birokrasi tidak terjadi dalam semalam. Ini merupakan suatu proses yang berangsur-angsur yang mencerminkan situasi riil di negeri itu, setelah revolusi telah terisolasi dalam kondisi-kondisi keterbelakangan yang mengerikan. Pada awalnya kondisi tersebut tidak mendapati ekspresinya dalam perbedaan-perbedaan politik yang jelas. Alih-alih ia terekspresi dalam mood-mood tertentu dalam masyarakat. Sebenarnya ini merupakan sebuah reaksi burjuis-kecil terhadap tradisi-tradisi Oktober.
Birokrat pada umumnya menginginkan hidup yang damai, mereka ingin dibiarkan sendiri untuk berurusan dengan pekerjaannya “menata masyarakat” dari kantornya. Ia melihat keterlibatan para buruh sebagai gangguan semata. Bagi birokrat Soviet badai dan tekanan (“Sturm und Drang”) dari periode 1917-19 adalah sesuatu yang asing – sejenis kegilaan kolektif dan kekacauan sosial. Karena itu, setelah tahun-tahun revolusi dan perang sipil, birokrasi mendambakan perdamaian dan ketertiban. Itu merupakan basis psikologis dari “teori” Sosialisme di dalam Satu Negeri. Ini mengekspresikan psikologi birokrasi yang mendapati titik-acuannya pada faksi Stalin. Tapi saat itu ini masih merupakan musik masa depan.
Secara kebetulan, Stalin sendiri tidak memahami dan tidak melihat apapun di depan. Tipikal seorang birokrat (Trotsky menggambarkannya sebagai “medioker Partai yang luar biasa”), ia bekerja secara empiris, dengan tanpa rencana yang disiapkan sebelumnya selain mempromosikan dirinya sendiri dan menyingkirkan saingan-saingannya. Trotsky pernah mengatakan bahwa, dalam segala kemungkinan, bila Stalin tahu pada waktu itu di mana ia akan berakhir, barangkali ia tidak akan maju terus.
T: Apakah posisi Trotsky ketika Surat Wasiat Lenin dikemukakan pada sebuah rapat Politbiro? Setuju atau tidak setujukah ia tentang pendistribusian dokumen itu dalam Kongres yang akan digelar?
AW: Lenin menulis Surat Wasiatnya setahun sebelum kematiannya, yakni pada 4 Januari 1923. Ia meninggal dunia pada 21 Januari 1924, tapi dalam kenyataan kehidupan politiknya telah berakhir pada Maret 1923. Hanya dua orang mengetahui keberadaan dokumen ini: stenographer yang kepadanya Lenin mendiktekan suratnya, dan istri Lenin N. Krupskaya. Sepanjang masih ada harapan akan pemulihan Lenin, Krupskaya menyimpan dokumen tersebut rapat-rapat. Tapi setelah kematian Lenin, menjelang Kongres Ketigabelas, ia menyerahkan Surat Wasiat itu kepada Sekretariat Komite Pusat, supaya itu dijadikan pertimbangan Partai pada Kongres sesuai dengan keinginan Lenin.
Pembacaan resmi pertama Surat Wasiat tersebut di Kremlin terjadi dalam Dewan Tetua pada Kongres XIII Partai pada 22 Mei 1924, dimana Kamenev membacakannya. Pada waktu itu aparatus Partai secara setengah-resmi berada di tangan troika. Mereka tentu saja menolak membacakan Surat Wasiat tersebut di Kongres. Tapi Krupskaya mendesak. Persoalan ini dialihkan ke sebuah rapat Tetua di Kongres – yakni, para pemimpin delegasi provinsi. Di sinilah Trotsky dan anggota-anggota Oposisi lainnya dari Komite Pusat pertama kali tahu tentang Surat Wasiat tersebut.
Dalam rapat ini Kamenev mulai membaca teks Surat Wasiat itu dengan suara lantang. Tidak seorang pun diizinkan untuk membuat catatan. Sebagai akibat dari manuver-manuver troika sebuah resolusi disajikan, dengan mana dokumen itu akan dibacakan kepada setiap delegasi secara terpisah dalam sesi eksekutif; lagi tidak seorang pun diizinkan untuk membuat catatan; dan pada sidang pleno Kongres Surat Wasiat itu tidak boleh dirujuk. Krupskaya berargumen bahwa ini merupakan sebuah pelanggaran langsung terhadap keinginan Lenin. Tapi anggota-anggota Dewan Tetua bersikeras dan mayoritas besar mengadopsi resolusi yang diajukan oleh troika.
Selama bertahun-tahun lamanya hampir tidak ada siapapun di Rusia yang mengetahui bahwa Surat Wasiat itu pernah ada. Surat Wasiat itu diterbitkan hanya dalam laporan stenografis Komite Pusat yang tersedia hanya bagi para fungsionaris Partai, dan segera lenyap. Keanggotaan luas Partai tidak pernah tahu-menahu tentang itu. Di kemudian hari para Stalinis menyangkal keberadaan Surat Wasiat tersebut. Max Eastman, yang mendukung Oposisi Kiri, menerbitkan Surat Wasiat Lenin untuk pertama kalinya pada tahun 1920-an [di luar Uni Soviet]. Surat Wasiat itu hanya dijadikan publik setelah pidato terkenal Khrushchev yang menggugat kejahatan-kejahatan Stalin pada tahun1956.
Trotsky mengatakan dalam biografinya tentang Stalin bahwa dokumen yang dikenal sebagai Surat Wasiat Lenin adalah “nasihat Lenin yang terakhir tentang bagaimana mengorganisir kepemimpinan paratai.” Lenin melihat dalam metode-metode Stalin permulaan dari “birokratisme yang bukan hanya dalam institusi-institusi Soviet tapi juga dalam Partai.” Untuk memerangi bahaya ini ia mendiktekan sebuah surat rahasia yang memberikan perkiraannya tentang para pemimpin Komite Pusat dan, sepuluh hari kemudian, menambahkan sebuah postscript yang di dalamnya ia mengusulkan untuk menyingkirkan Stalin dari pos-nya sebagai Sekretaris Jenderal Partai.
Sebagaimana telah kita kemukakan, ketakutan bahwa perpecahan dalam Partai akan berakibat pada kontra-revolusi kapitalis adalah alasan mengapa Trotsky memutuskan untuk mengambil sikap yang berhati-hati. Perbedaan-perbedaan politik, yang akan muncul secara tajam dalam beberapa tahun berikutnya, belum nampak dengan jelas. Perbedaan-perbedaan itu baru ada dalam bentuk embrionik. Karena itu ada sebuah bahaya bahwa bentrokan antara Trotsky dan klik penguasa tidak akan dipahami oleh massa-rakyat, atau akan dilihat sebagai konflik pribadi. Faktanya, perbedaan-perbedaan di dalam Partai mencerminkan kepentingan-kepentingan dari klas-klas yang berbeda dan kelompok-kelompok dalam masyarakat dan tidak dapat dipahami di luar kecenderungan-kecenderungan yang secara mendalam berakar sosial ini.
T: Bagaimana Anda mendefinisikan peran yang dimainkan dalam Revolusi Rusia oleh orang-orang seperti Zinoviev dan Kamenev?
AW: Zinoviev dan Kamenev adalah pemimpin-pemimpin penting Partai Bolshevik. Mereka bergabung dengan partai tersebut sebelum 1914. Tapi, mereka membuat beberapa kesalahan yang serius. Pada tahun 1917 mereka terombang-ambing berkenaan dengan masalah perebutan kekuasaan oleh buruh. Pada Februari 1917, setelah buruh menggulingkan Tsar, Kamenev dan Stalin mengadopsi posisi konsiliatoris dalam hubungan dengan para pemimpin reformis dan Pemerintahan Sementara borjuis.
Lenin terpaksa membuka perjuangan faksional yang sengit melawan mereka dalam Konferensi April ketika, mendasarkan dirinya pada dukungan anggota-anggota proletarian, ia mempersenjatai ulang Partai dan memberinya orientasi yang tepat dengan slogan: Semua Kekuasaan untuk Soviet-soviet.
Di kemudian hari, pada saat pemberontakan Oktober, Zinoviev dan Kamenev lagi-lagi terombang-ambing dan mengambil posisi menentang pemberontakan. Mereka bahkan menerbitkan rencana-rencana pemberontakan itu dalam pers burjuis, yang karenanya Lenin menggambarkan mereka sebagai penjegal-penjegal (strike-breakers) dan bahkan menuntut pemecatan mereka dari Partai. Tapi, segera setelah pemberontakan Oktober mereka menawarkan pelayanan mereka kepada Revolusi dan diberikan posisi penting di dalam Partai.
Bahkan sebelum kematian Lenin, mereka membentuk sebuah blok rahasia dengan Stalin yang dikenal sebagai troika (triumvirat) yang bertujuan untuk melawan Trotsky. Kemudian mereka menciptakan mitos “Trotskisme” untuk mempertentangkan Lenin dan Trotsky di mata Partai. Zinoviev digerakkan oleh ambisi pribadi, karena ia menganggap dirinya harus menjadi penerus Lenin. Ia memainkan peran penting dalam kampanye melawan Trotsky. Tapi di balik layar Stalinlah yang mengonsolidasikan cengkeraman atas kekuasaan.
Pada tahun 1926, tatkala Stalin pertama kali secara terbuka memproklamirkan gagasan tentang Sosialisme di dalam Satu Negeri, Zinoviev dan Kamenev bubar dengan Stalin, karena khawatir dengan arah yang diambil Stalin. Kemudian mereka membentuk blok dengan Trotsky – Oposisi Bersatu, yang memimpin perjuangan melawan Stalin dan birokrasi, perjuangan untuk kembali kepada Leninisme, demokrasi Soviet, industrialisasi dan Rencana Lima Tahun, perjuangan melawan penyimpangan sayap kanan yang pro-kulak dari Stalin dan Bukharin, dan perjuangan demi internasionalisme proletarian.
Setelah Oposisi dipecat dari Partai pada 1927, Zinoviev dan Kamenev menyerah kepada Stalin. Ini tidak menyelamatkan mereka. Mereka kemudian diusir dari Partai dan dipenjarakan. Mereka menyerah lagi, tapi kemudian diadili (Pengadilan Pembersihan Stalin yang pertama, yang terkenal keji) dan dieksekusi dengan tuduhan konspirasi. Ini menandai awal dari apa yang digambarkan Trotsky sebagai sebuah Perang Sipil yang berat-sebelah yang dilancarkan Stalin terhadap Partai Bolshevik.
Kendati semua kesalahan dan kekurangan mereka, Kamenev dan Zinoviev adalah orang-orang revolusioner yang jujur, yang mengabdi kepada sosialisme dan klas pekerja. Guna mengkonsolidasikan kekuasannya Stalin harus mengeliminir Partai-nya Lenin dan khususnya kader-kader utamanya. Itulah sebabnya ia membunuh Zinoviev dan Kamenev, bersama dengan tak terhitung banyaknya kaum Bolshevik Tua dan kaum Komunis yang berdedikasi. Ini memperlihatkan bahwa Stalinisme dan Leninisme sama sekali berbeda. Mereka dipisahkan oleh sebuah sungai darah.
Diterjemahkan oleh Pandu Jakasurya dari “Alan Woods on the Russian Revolution – Part One, "The rise of Stalin was a gradual process"