Indonesian translation of The May Day challenge (30 April 2012).
Tahun ini May Day jatuh pada suatu waktu ketika krisis-krisis kapitalisme yang sangat parah telah bermuara pada serangan gencar yang tidak pernah terjadi sebelumnya terhadap klas buruh di semua negeri. Bila model kapitalisme Keynesian dengan intervensi negara dalam perekonomian merupakan suatu bencana bagi massa rakyat yang tertindas, konsekuensi-konsekuensi dari model monetaris ilmu ekonomi pasar bebas justru lebih menggila. Kebijakan-kebijakan deregulasi, privatisasi, restrukturisasi, perampingan, dan liberalisasi telah mendatangkan bencana pada kehidupan kaum buruh di seluruh muka bumi. Kendati relatif tenang selama dua dekade terakhir, sekarang terjadi gelombang-gelombang kebangkitan baru klas buruh dalam skala dunia. Arab Spring, gerakan Occupy di seluruh dunia, protes-protes massa di jalan-jalan di Rusia, pemogokan-pemogokan dan perlawanan-perlawanan lokal di Tiongkok, pemogokan-pemogokan umum oleh jutaan buruh di Yunani, Spanyol, Italia, Belgia, Portugal, Prancis, Hungaria, Romania, Inggris, dan di luar Eropa di tiap-tiap benua, dari India ke Chile ke Israel, semuanya menunjuk pada suatu permulaan dari gelombang revolusi-revolusi yang baru.
Bahkan kaum reformis yang paling teguh sekarang harus mengakui bahwa kapitalisme ada dalam suatu state of terminal decay (mengalami pembusukan yang mematikan). Yang mengherankan, sebuah artikel dalam suratkabar besar Inggris, The Guardian pekan lalu mengatakan, “Komunisme bukanlah sekadar karnaval protes massa ketika sistem akan mengalami kemacetan; Komunisme juga, terutama sekali, suatu bentuk baru organisasi, disiplin, dan kerja keras … wawasan-wawasan kunci Marx tetap sahih, mungkin sekarang lebih sahih daripada waktu-waktu sebelumnya … Kita merasa bebas karena ia tidak memiliki bahasa untuk membahasakan ketidakbebasan kita … Hari ini semua istilah utama yang kita gunakan untuk menamai konflik saat ini – ‘perang melawan terror’, ‘demokrasi dan kebebasan’, ‘hak-hak asasi manusia’, dsbnya., adalah istilah-istilah yang keliru, yang membingungkan persepsi kita tentang situasi ketimbang memungkinkan kita untuk memikirkannya.” Istilah-istilah yang terlarang sedang meretas jalan kembali dalam media burjuis dengan suatu pembalasan.
May Day diperingati dalam kenangan tent April ang kaum buruh Amerika yang gugur sebagai martir atau syahid di tangan negara di Chicago, 1 Mei 1886. Mereka berdemonstrasi menuntut delapan jam hari kerja dengan mengibarkan bendera-bendera putih. Ketika mereka mencapai Hay Market, polisi menembaki mereka. Bendera mereka berubah menjadi merah, basah oleh darah mereka. Tapi keputusan untuk mengenang hari ini sebagai suatu hari buruh internasional tidak dibuat oleh pemerintah atau institusi internasional manapun dari kalangan klas-klas penguasa. Di bawah kepemimpinan guru besar Marxis, Fredrick Engels, ketika kongres pendirian Internasionale II, yang digelar pada Juli 1889 di Paris, kongres memutuskan bahwa hari ini akan menjadi simbol internasionalisme proletarian. May Day adalah satu-satunya event yang melampaui segala perbedaan agama, ras, kebangsaan, atau prasangka lainnya di antara umat manusia. May Day diperingati di semua benua, di tiap-tiap sudut dan penjuru planet ini, oleh kaum pembanting tulang. Dalam sebuah artikel pada 1904, Lenin menulis tentang makna penting May Day: “Para kamerad, kaum buruh sekalian! May Day akan datang, hari yang dirayakan kaum buruh semua negeri. Kebangkitan mereka pada suatu kehidupan yang sadar klas, solidaritas mereka dalam perjuangan melawan pemaksaan dan penindasan manusia oleh manusia, perjuangan untuk membebaskan jutaan kaum pembanting tulang dari kelaparan, kemelaratan, dan kehinaan. Dua dua berdiri saling berhadapan: dunia kapital dan dunia buruh, dunia eksploitasi dan perbudakan dengan dunia persaudaraan dan kebebasan.”
Namun, dengan kemerosotan ideologis dan politik Internasionale II, internasionalisme proletarian dari May Day mulai pudar. Patriotisme sosial mulai mendominasi organisasi-organisasi buruh; reformisme dan oportunisme menjadi ciri dari sosial demokrasi (Sosdem). Tujuan satu-satunya dari penunjukan May Day oleh Kongres Sosialis Internasional di Paris adalah, dengan cara demonstrasi-demonstrasi yang simultan oleh kaum buruh dari segala negeri pada hari yang sama, untuk mempersiapkan, mempersatukan, dan mengorganisasikan mereka menjadi suatu organisasi internasional tunggal dari sosialisme revolusioner. Ini harus dibangun menurut garis-garis Internasionale Pertama yang diciptakakn oleh Liga Komunis di bawah pimpinan Karl Marx dan Fredrick Engels pada 1864. Internasionale Marxis didasarkan pada satu pusat dunia dan orientasi politik yang mengorganisasi kaum buruh sebagai suatu klas yang menerobos perbedaan-perbedaan nasionial, agamawi, dan perbedaan-perbedaan lain yang diimposisikan klas-klas penguasa untuk memecahbelah persatuan klas proletariat – demokrasi dan debat internal yang maksimum, dan kesatuan maksimum dalam aksi. Dengan dominasi pasar dunia yang sangat merusak, planet ini telah menjadi suatu kesatuan ekonomik. Ini adalah sebuah epos dari politik-politik dunia, diplomasi dunia, perang-perang dunia. Karena itu, suatu revolusi dunia adalah satu hal yang hakiki untuk membebaskan umat manusia dari kesengsaraan, kemelaratan, dan ketercerabutan yang dilanggengkan oleh krisis-krisis kapitalisme.
Bukan suatu kebetulan telah terjadi demonstrasi-demonstrasi di lebih dari 900 kota di seluruh muka bumi untuk mendukung Gerakan Okupaso Wall Street (Occupy Wall Street Movement) tahun ini. Alasan utamanya adalah bahwa gerakan ini meletus di negeri kapitalis yang paling dominan di dunia, Amerika Serikat. Ini mengilhami jutaan pemuda dan kaum buruh di seluruh dunia; dari rahim kekuatan imperialis yang paling perkasa dalam sejarahlah perlawanan klas-klas tertindas menyala. May Day tahun ini akan diperingati dengan semangat juang dan militansi yang lebih besar. Dengan hidup kaum buruh yang semakin hari semakin sengsara, situasinya menjadi tak tertanggungkan. Lenin pernah menulis, “Politik tak lain adalah ekonomi yang terkonsentrasikan” (Politics is but precipitated economics). Kesadaran massa dengan cepat menyusul realitas-realitas ekonomik. Pada akhirnya ini akan tercermin dalam arena politik dengan ledakan baru perjuangan klas. Tantangan May Day jelas: tantangan ini harus dipahami dari esensi asal-usulnya, yakni “Kaum buruh seluruh dunia, bersatulah!” Tidak ada ruang bagi reforma atau perbaikan-perbaikan hidup apapun di bawah kapitalisme; kapitalisme harus digulingkan demi keselamatan umat manusia. Sebuah kemenangan sosialis dari perjuangan klas di suatu negeri yang penting akan menyebarkan perubahan revolusioner ke seluruh dunia yang terglobalisasi yang kesalingterkaitannya tidak pernah terjadi sebelumnya. ***