Ketika berbicara mengenai tulisan-tulisan Trotsky, kebanyakan kelompok yang mengaku sebagai Trotskis setuju bahwa kesimpulan-kesimpulan Trotsky di dalam karya-karya utamanya adalah sebuah kajian yang ditulis Trotsky pada periode saat itu. Yang harus kita lakukan adalah menerapkan ‘metode' Marx, Engels, Lenin, dan Trotsky ke dunia sekarang ini. Jadi, yang penting adalah bukan mendebatkan perbedaan tafsiran-tafsiran pemikiran Trotsky. Hal yang paling penting adalah untuk mendiskusikan periode yang sudah kita lalui dan periode sekarang ini.
Trotsky memprediksikan sebuah gelombang revolusi pada akhir Perang Dunia II dan dia juga memprediksikan bahwa Internasional Keempat akan menjadi kekuatan yang dominan di dalam gerakan buruh. Saat itu, memang ada gelombang revolusi. Perang Saudara di Yunani, gerakan perlawanan dan pemogokan kerja di Italia dan Prancis mendekati akhir perperangan dan segera setelah peperangan, revolusi Cina, perjuangan kemerdekaan di daerah Jajahan, kemenangan telak Partai Buruh di Inggris pada pemilihan umum 1945, dsb, semua menunjukkan bahwa prediksi Trotsky adalah benar. Satu-satunya masalah adalah bahwa kekuatan Internasional IV terlalu lemah untuk dapat memainkan peran penting di dalam peristiwa tersebut. Sebagai akibatnya, gerakan-gerakan revolusioner yang timbul pada akhir Perang Dunia II mengalami kekalahan yang telak. Dimana ada kemenangan, seperti di Cina, kemenangan tersebut mengambil bentuk Stalinisme, dalam kata lain, negara pekerja yang cacat yang berdasarkan model rejim Uni Soviet.
Hancur dan pecahnya gerakan Trotskis berakar dari periode tersebut. Kepemimpinan Internasional IV saat itu benar-benar tidak mampu memahami apa yang sedang terjadi. Bila kita membaca tulisan-tulisan para pemimpin seperti James Cannon (pemimpin SWP [Socialist Workers Party, Partai Pekerja Sosialis] di Amerika saat itu) pada akhir 1940-an dan awal 1950-an, kita akan menemukan perspektif yang benar-benar keliru. Perspektif James Cannon saat itu adalah bahwa kapitalisme akan segera mengalami krisis dan karena itu dalam jangka waktu singkat akan ada perkembangan revolusioner. Pada tahun 1946, Internasional IV menyelenggarakan Pra-Konferensi Internasional. Manifesto untuk konferensi tersebut ditulis oleh Ernest Mandel.
Manifesto tersebut benar-benar berbenturan dengan kenyataan. Kepemimpinan Internasional IV telah mengembangkan teori bahwa kapitalisme tidak akan mampu mengembangkan kekuatan produksinya melewati tingkat produksi tahun 1938, dan boom ekonomi tidak akan terjadi sama sekali. Ini terbukti sepenuhnya salah. Kekalahan kelas pekerja setelah Perang Dunia merupakan pra-kondisi politik yang utama untuk bangkitnya perekonomian. Amerika Serikat muncul dengan sangat kuatnya setelah Perang Dunia II. Amerika Serikat adalah kekuatan kapitalis utama yang meraup keuntungan sangat besar dari industri perang. Karena takut akan revolusi di Eropa, Amerika memompa banyak uang ke negara-negara seperti Jerman, Itali, Prancis, dll., untuk membangkitkan perekonomian mereka. Kehancuran yang disebabkan oleh perang membutuhkan sebuah program rekonstruksi yang besar. Semua ini menjadi landasan bagi boom ekonomi terbesar di dalam sejarah kapitalisme.
Kepemimpinan Internasional IV tidak mampu menyadari perkembangan-perkembangan baru ini. Mereka tidak mengerti bahwa diperlukan sebuah kajian ulang terhadap situasi baru ini. Pada kenyataannya mereka mengira bahwa mereka dapat mempertahankan kekuatan mereka dengan menjanjikan revolusi "dalam waktu dekat". Kebijakan seperti ini hanya dapat mendorong kehancuran Internasional IV.
Seperti yang dijelaskan oleh Lenin, bila kita tidak mampu memperbaiki kesalahan kita maka kita akan tersandung dari satu kesalahan ke kesalahan lain. Hasil akhirnya adalah sektarianisme. Tidak mengerti letak kesalahan mereka sendiri, mereka berjalan lebih jauh menuju degenerasi dengan menciptakan segala macam teori-teori yang aneh. Dari satu teori tentang revolusi yang akan segera terjadi kemudian berayun ke teori ‘borjuisifikasi' kelas pekerja di Eropa. Contohnya pada bulan April 1968, Ernest Mandel di dalam sebuah pertemuan di London menyatakan bahwa tidak akan ada sebuah gerakan kelas pekerja di Eropa setidaknya sampai dua puluh tahun ke depan. Pernyataan ini dibuat di saat menjelang peristiwa gerakan pekerja Prancis Mei 1968!
Kepemimpinan seksi Internasional IV di Inggris, RCP (Revolutionary Communist Party, Partai Komunis Revolusioner) mengerti akan perubahan-perubahan yang sedang terjadi dan mengembangkan perspektif yang berbeda. Teoritisi utama RCP adalah Ted Grant. Bila anda mengakses website kami, anda akan menemukan sebuah buku berjudul "The Unbroken Thread". Buku ini adalah tulisan terpilih Ted Grant dari tahun 1938-83. Anda dapat menilainya sendiri, di bagian Perspektif Ekonomi yang ditulisnya pada tahun 1946 anda akan menemukan analisa mengenai kebangkitan ekonomi yang sedang terjadi saat itu, ini merupakan analisa yang lebih bijaksana tentang pelbagai hal yang sedang berkembang saat itu.
Sekali lagi mengenai Cina, kepemimpinan Internasional IV mengemukakan bahwa Mao akan berkompromi dengan Chiang Kai Shek. Tulisan-tulisan Ted mengenai Cina mempunyai pengertian yang lebih baik tentang apa yang terjadi saat itu.
Ted membuat sebuah sumbangan yang besar di dalam perkembangan Marxisme dengan tulisan-tulisannya mengenai perkembangan ‘proletarian Bonapartisme' (negara buruh birokratis yang cacat) di Eropa Timur, Cina, Kuba, dll. Kepemimpinan Internasional IV awalnya menolak untuk menerima kenyataan bahwa rejim-rejim di Eropa Timur merupakan rejim yang berdasarkan model Soviet Rusia. Kemudian mereka berubah arah (tanpa menjelaskan mengapa) dan bahkan menyatakan bahwa beberapa negara-negara tersebut (Cina, Kuba, Yugoslavia) adalah ‘negara buruh yang sehat', dan kemudian mencampakkan definisi tersebut secepat mungkin setelah definisi itu tidak dapat dipertahankan lagi.
Saya dapat memberikan detil yang lebih lengkap mengenai kesalahan-kesalahan kepemimpinan Internasional IV saat itu, tetapi saya rasa poin-poin singkat tersebut di atas cukup menunjukkan bahwa Mandel, Cannon, dkk., kehilangan pedoman mereka setelah Perang Dunia dan sebagai akibatnya mereka berzigzag menjauhi analisa Marxis yang sejati.
Yang ingin saya tekankan adalah pendekatan Socialist Appeal (seksi International Marxist Tendency di Inggris) terhadap organisasi massa. Berseberangan dengan kelompok-kelompok yang lain, kami percaya bahwa kaum buruh saat mereka bergerak tidak akan bergerak menuju kelompok-kelompok kecil yang berada di pinggiran gerakan buruh. Mereka akan bergerak melalui organisasi massa tradisional mereka.
Seluruh sejarah gerakan buruh internasional membuktikan hal tersebut. Komunis Internasional III sendiripun tidak lahir dari sekte-sekte kecil, tetapi lahir dari sayap kiri Internasional Sosialis II. Selama bertahun-tahun, Bolshevik adalah sebuah sayap dari partai yang sama dengan Menshevik sebelum muncul sebagai kekuatan tersendiri. Partai Komunis Perancis dan Italia berkembang dari dalam Partai-Partai Sosialis. Partai Komunis Jerman juga meraih kekuatan massa mereka dari pecahnya sayap kiri SPD (Partai Sosial Demokrat Jerman), dan seterusnya. Di Inggris, Partai Komunis memang terbentuk dari gabungan empat kelompok kecil. Tetapi saya akan menyarankan anda untuk membaca tulisan Lenin ‘Komunisme Sayap Kiri - Suatu Penyakit Kekanak-kanakan' (diterbitkan pada tahun 1920) dan perhatikan saran yang Lenin berikan kepada kaum Komunis Inggris. Dia menyarankan mereka untuk masuk ke dalam Partai Buruh Inggris!
Ini bukanlah taktik yang diciptakan oleh Lenin. Ini merupakan bagian tradisi Marx sendiri. Kembali pada tahun 1848, kaum Komunis Jerman membubarkan organisasinya untuk masuk ke dalam Partai Demokrat karena pada saat itu kaum buruh yang paling maju ada di sana. Internasional I sendiri terdiri dari segala macam elemen Komunis tulen hingga aktivis Serikat Buruh Inggris, yang sering diwakili oleh individu-individu dengan tendensi Liberal.
Bila kita menerapkan pelajaran-pelajaran tersebut di atas pada masa kini, maka kesimpulan yang dapat kita raih adalah bahwa kaum Marxis sejati, yaitu kaum Trotskis, harus berorientasi ke organisasi-organisasi massa. Dilema dari masa sekarang adalah kebangkrutan mutlak kepemimpinan gerakan Sosial Demokrat yang menyesakkan aspirasi-aspirasi kaum buruh (lihat Blair di Inggris, Jospin di Prancis, Schroeder di Jerman, dll.)
Tetapi, sangatlah mudah untuk menyatakan kepemimpinan resmi gerakan buruh sebagai kepemimpinan yang bangkrut. Tugas kita adalah untuk membangun kepemimpinan alternatif. Persoalannya adalah ini: apakah cukup dengan mendeklarasikan "partai revolusioner" dan menanti massa untuk datang kepada kita? Kami rasa tidak. Kaum Marxis harus pergi menuju kaum buruh dan dengan sabar menjelaskan sebuah alternatif. Kami percaya bahwa saran Lenin kepada kaum Komunis Inggris pada tahun 1920 bahkan lebih relevan sekarang. Ini adalah salah satu poin penting yang membedakan kami dari kelompok-kelompok lain yang mengaku sebagai Trotskis. Kami tidak menganggap sepele hal ini.
Anda mungkin pernah mendengar Partai Sosialis/CWI (Committe for a Workers' International, Komite Buruh Internasional). Kelompok ini dulunya dikenal sebagai tendensi Militant. Dulu kelompok ini bergerak di dalam Partai Buruh Inggris dan Ted Grant merupakan pendiri dan ahli teori utamanya. Sayangnya, mayoritas kepemimpinan Militant mengikuti jejak kepemimpinan Internasional Keempat di akhir Perang Dunia Kedua. Walaupun ada banyak perbedaan, banyak juga pararel yang bisa dilihat.
Berdasarkan orientasi yang tepat ke Partai Buruh dan Serikat-Serikat Buruh, tendensi Militant menjadi sebuah kekuatan yang besar di gerakan kiri di Inggris. Pada puncaknya, Militant mempunyai sekitar 8000 pendukung. Militant memiliki tiga anggota parlemen (DPR/MPR) yang mendukung ide-idenya, memegang kendali Dewan Buruh di Liverpool dan mempunyai banyak pemimpin serikat buruh yang penting. Militant juga memimpin gerakan Anti-Poll Tax yang luar biasa (Poll Tax adalah pajak yang diimplementasikan oleh pemerintahannya Margaret Thatcher, sebuah pajak yang tidak berdasarkan pendapatan rakyat - catatan penerjemah), yang mencapai puncaknya pada demontrasi 250.000 rakyat di London (pada hari yang sama 50.000 rakyat berdemonstrasi di Glasgow, Skotlandia). Sayangnya, mayoritas pemimpin Militant kemudian menarik kesimpulan yang keliru dari peristiwa yang terjadi pada tahun 1980-an.
Tahun 1980-an kita melihat sebuah stabilisasi kapitalisme yang bersifat sementara di seluruh penjuru dunia. Ada banyak faktor yang menyebabkan hal ini. Salah satunya adalah kekalahan perjuangan-perjuangan tahun 1970-an yang dimulai dengan gerakan pada tahun 1968. Pada tahun 1970-an kita melihat sebuah gerakan ke kiri di seluruh penjuru dunia. Di Eropa, ini terwujudkan menjadi kenaikan suara pemilih untuk partai-partai Sosialis dan Komunis. Semua partai-partai ini, bersama-sama dengan serikat-serikat buruh, mengalami kenaikan jumlah anggota yang substansial. Berdasarkan ini, kita melihat sebuah radikalisasi anggota-anggota partai dan serikat buruh. Ini menyebabkan berkembangnya sayap kiri di dalam partai-partai tersebut.
Di Inggris, Partai Buruh memerintah dari tahun 1974 sampai 1979. Karena kebijakan-kebijakan sayap kanannya, pemerintahan Partai Buruh Inggris menyiapkan jalan bagi Thatcher untuk berkuasa (Thatcher memegang pemerintahan Inggris dari tahun 1979 sampai 1990 - catatan penerjemah). Ini menyebabkan anggota-anggota Partai Buruh mempertanyakan kepemimpinan Partai Buruh. Ini adalah kondisi dimana Tendensi Militant tumbuh menjadi kekuatan yang besar. Akan tetapi, walaupun Militant mengalami pertumbuhan yang pesat, adalah penting untuk mengingat bahwa Militant pada saat itu masih merupakan kekuatan yang kecil dibandingkan dengan gerakan buruh Inggris. Ini berarti bahwa Militant masih belum cukup kuat untuk menawarkan kepemimpinan alternatif bagi kelas buruh.
Maka dari itu, sepanjang tahun 1980an kita saksikan serikat-serikat buruh dan Partai Buruh mengalami kemunduran secara perlahan-lahan. Seluruh generasi telah dikhianati dan ini menyebabkan banyak orang mundur dari partisipasi aktifnya di Partai Buruh dan serikat-serikat buruh. Kemunduran ini membuat keadaan semakin sulit untuk mempertahankan ide Marxisme sejati di dalam Partai Buruh. Yang sebenarnya sedang terjadi adalah gerakan ke kanan di dalam gerakan buruh. Hal ini dapat terjadi karena kaum birokrat organisasi-organisasi buruh menjadi relatif bebas dari kendali anggota-anggotanya.
Sayangnya, mayoritas kepemimpinan Militant menarik kesimpulan bahwa masalahnya ada pada Partai Buruh itu sendiri. Mereka mulai mengembangkan ilusi bahwa masalah-masalah mereka akan terpecahkan dengan membentuk sebuah organisasi ‘independen' dan ‘mengangkat tinggi-tinggi panjinya'. Itu adalah sebuah kekeliruan besar. Mereka meninggalkan Partai Buruh, dan sejak itu mereka mengalami kemunduran yang membuat mereka menjadi sangat lemah (dari sekitar 4000 anggota pada tahun 1992, keanggotaan mereka jatuh ke sekitar 400!). Setelah membuat satu kekeliruan, mereka kemudian menumpuki kesalahan tersebut dengan menarik kesimpulan pesimistis tentang keseluruhan situasi objektif. Mereka menyatakan bahwa gerakan buruh telah terlempar seratus tahun ke belakang, dll.
Ini merupakan sebuah proses yang sudah kita saksikan berkali-kali. Mereka sudah berayun dari satu ekstrem ke ekstrem yang lain, seperti halnya Cannon dan Mandel sebelum mereka.
Saat ini kita sedang menghadapi awal dari sebuah situasi yang benar-benar baru. Krisis ekonomi dunia sekarang merupakan krisis yang paling serius sejak tahun 1929. Ini telah menyebabkan gerakan-gerakan besar di Asia. Indonesia sekarang berada di garis terdepan, tetapi lebih banyak lagi akan mengikutinya. Berdasarkan ini, kita melihat massa kembali ke organisasi-organisasi massa tradisional kelas buruh. Di Inggris empat tahun yang lalu (1997), oposisi massa terhadap kaum Tories (Partai Konservatif) menyebabkan sebuah kemenangan besar bagi Partai Buruh. Di Perancis, Partai Sosialis telah diuntungkan dari proses serupa. Di Yunani, PASOK (Partai Sosial Demokratik di Yunani) sekarang berkuasa. Hal yang sama terjadi di Jerman, dst.
Pada saat ini, massa tidak bergerak ke organisasi-organisasi tradisional mereka, terutama saat mereka berada di dalam pemerintahan. Inilah yang sedang terjadi di Inggris saat ini. Dan itulah sebabnya kita telah meluncurkan Pemuda untuk Sosialisme Internasional (Youth for International Socialism) guna menarik pemuda/pemudi terbaik. Tetapi pada akhirnya pelbagai hal akan berubah. Kemungkinan besar, Blair akan menang pada pemilihan berikutnya, tetapi kemudian dia akan ditekan untuk menyerang kelas pekerja sekali lagi. Saat ini, Blair tertolong oleh angka pengangguran yang terendah selama 25 tahun terakhir. Tahun lalu, gaji di Inggris naik lebih dari 5% dengan inflasi kurang dari 3%, yang berarti gaji banyak buruh benar-benar naik. Tetapi ini tidak akan bertahan lama.
Perhatikanlah situasi di Italia. Koalisi Kiri-Tengah kalah dalam pemilu, walaupun mereka memiliki kebijakan yang serupa dengan Blair. Tetapi di Italia, angka pengangguran mendekati 10%, dua kali lebih tinggi daripada di Inggris. Gaji hanya naik 2% tahun lalu, dengan inflasi hampir 3%, sebuah kenyataan bahwa GAJI DIPOTONG. Sekarang pertentangan internal mulai terbuka di dalam PDS (Partito Democratico della Sinistra, Partai Demokrasi Kiri) yang pada satu saat dapat mendorong ke arah sebuah perpecahan di antara unsur-unsur borjuis yang semakin terbuka dan birokrat-birokrat yang lebih dekat kepada gerakan buruh. Pemerintahan Berlusconi akan memprovokasi sebuah reaksi dari para buruh pada tahapan tertentu dan ini akan mempengaruhi serikat-serikat buruh, PDS, dan Rifondazione Comunista. Di dalam situasi seperti itu, Rifondazione Comunista (seandainya mereka memiliki sebuah program Marxis sejati) dapat mempengaruhi para buruh yang mendukung PDS.
Di Inggris, Blair tidak akan mampu mempertahankan kedudukannya terlalu lama. Resesi ekonomi mulai memiliki sebuah pengaruh. Di dalam satu atau dua tahun Inggris dapat mengalami sebuah resesi ekonomi yang parah, ini akan mendorong banyak rakyat kehilangan keyakinan yang mereka miliki sekarang (bahwa Partai Buruh "Baru" dapat menjamin pertumbuhan ekonomi) dan ini akan menyebabkan kekalahan-kekalahan Partai Buruh di masa mendatang. Di dalam situasi tersebut, kritik-kritik internal akan terbuka lebar di dalam Partai Buruh. Proses ini mungkin akan mulai pertama-kali di dalam Serikat Buruh. Kita sudah melihat gejala-gejala ini. Lihat pemogokan pada Stasiun Bawah Tanah London, pemogokan liar para pekerja pos. Dan seandainya Blair menjalankan rencana-rencananya untuk men-swasta-kan pelayanan kesehatan, maka dia akan menghadapi sebuah perlawanan besar dari para pekerja kesehatan. Semua ini pada akhirnya akan memiliki sebuah pengaruh di dalam Partai Buruh, dan ketika itu terjadi kaum Marxis harus mengetahui bagaimana mengorientasikan diri mereka di dalam proses ini.
Pada saat gerakan ini meletus, akan ada sebuah kebutuhan akan gagasan-gagasan Marxisme. Tanpa ini, para pekerja dan muda-mudi akan berjuang tetapi tidak akan memiliki kepemimpinan yang mereka butuhkan.
Mengenai persoalan organisasi-organisasi massa, saya pikir kita perlu menghindarkan diri dari kesalahpahaman. Kita percaya ketika massa pekerja mulai bergerak maka mereka akan bergerak melalui organisasi-organisasi massa tradisional. Ini adalah sebuah pelajaran dari sejarah dan sungguh mudah untuk mengerti hal ini.
Dalam periode "normal" yang relatif stabil, massa tidak terlibat di dalam kegiatan politik. Sesungguhnya, mereka cenderung melihat politik sebagai sesuatu yang asing bagi diri mereka. Di dalam periode-periode tersebut hanya minoritas pekerja dan pemuda yang tertarik dengan kegiatan politik. Kadang-kadang, minoritas ini dapat menjadi sebuah rintangan terhadap keterlibatan massa karena cara kerja mereka yang bersifat rutin dan konservatif.
Bila kita memperhatikan gerakan kelas pekerja dari sudut pandang sejarah yang panjang, kita lihat periode pergolakan-pergolakan revolusioner dimana massa buruh memasuki kegiatan politik. Kita sudah melihat periode-periode seperti ini pada tahun 1918-21, 30-an di beberapa negara, 1943-48, 1968-69.
Apa yang kita lihat adalah sebuah kebangkitan revolusioner dari kelas buruh. Partai-partai dan serikat-serikat buruh yang hanya memiliki sejumlah kecil aktivis tiba-tiba terisi penuh oleh massa. Partai Sosialis Italia mempunyai sekitar 60.000 anggota pada tahun 1918, tetapi pada tahun 1920 ia tumbuh sampai lebih dari 200.000 anggota. Partai Sosialis ini memimpin Federasi Serikat Buruh, CGIL, yang juga tumbuh dari 250.000 sampai 2.150.000 di dalam periode yang sama. Pertumbuhan ini terjadi walaupun CGIL secara terbuka memainkan peran yang kontra-revolusioner selama Perang Dunia I.
Di sini terdapat sebuah pelajaran sejarah yang penting. Di dalam dasawarsa pertama abad ini, sebuah oposisi berkembang di dalam Partai Sosialis Italia tetapi sayangnya kelompok oposisi ini memutuskan untuk pecah dari Partai Sosialis terlalu dini dan kemudian juga mendorong sebuah perpecahan dari CGIL pada tahun 1912 dan mendirikan serikat sindikalis revolusioner USI. Orang-orang ini percaya bahwa mereka memberikan para buruh sebuah saluran untuk cita-cita revolusioner mereka. Tetapi hal tersebut tidaklah terjadi.
CGIL tetap menjadi organisasi serikat buruh yang dominan, kendati pengkhianatan mereka terhadap gerakan buruh. Yang dicapai oleh USI hanyalah sebuah perpecahan di dalam barisan kelas pekerja yang mengasingkan para buruh yang berpandangan lebih maju dari basis massa.
Ketika kondisi-kondisi seputar peperangan mendorong massa untuk bergerak, mereka pergi ke CGIL dan Partai Sosialis. Sebuah massa sayap-kiri berkembang di dalam Partai Sosialis Italia dan CGIL hanya setelah massa melewati "pengalaman reformisme". Sayap-kiri ini kemudian mengkristal dengan terbentuknya Partai Komunis Italia pada tahun 1921. Massa perlu melihat dengan mata-kepala sendiri aktivitas-aktivitas para pemimpin reformis ini sebelum mereka siap untuk mencari sebuah alternatif revolusioner.
Sebuah proses yang serupa berkembang di Perancis dimana SFIO (Partai Sosialis) mengubah namanya menjadi Partai Komunis dan bergabung dengan Internasional Ketiga (Komintern) pada tahun 1920. Kita melihat sebuah proses yang serupa di Jerman dimana USPD lahir dari sebuah perpecahan di dalam SPD. Sebagian besar anggota USPD kemudian dimenangkan oleh kaum Komunis Jerman dan KPD pun terbentuk.
Secara umum kita dapat melihat bagaimana partai-partai massa revolusioner Internasional Ketiga lahir dari perbedaan internal di dalam Partai-Partai Sosialis.
Tetapi apa yang terjadi ketika gerakan-gerakan yang melahirkan partai-partai ini surut? Ketika cita-cita revolusioner massa dikhianati dan kelas buruh mengalami kekalahan maka kita akan melihat massa keluar dari partai-partai ini secara besar-besaran. Hanya sekelompok kecil yang tetap aktif, dan kelompok kecil ini biasanya adalah unsur-unsur yang lebih setia kepada birokrasi partai. Mereka menarik kesimpulan-kesimpulan yang keliru dari kekalahan ini dan bertindak sebagai sebuah rem terhadap gerakan buruh dan pemuda. Dalam situasi seperti ini, menjadi lebih sukar untuk mempertahankan gagasan-gagasan revolusioner dan kaum Marxis menemukan diri mereka lebih terasingkan.
Di dalam situasi seperti inilah tendensi-tendensi sektarian ultra-kiri (dan juga tendensi-tendensi reformis) dapat berkembang. Kaum Anarkis muncul sebagai kekuatan di dalam Internasional I setelah kekalahan Komune Paris. Gagasan ultra-kiri dari para pemimpin Internasional Keempat dapat juga diterangkan dengan cara yang sama.
Yang menarik disini adalah proses dimana lapisan buruh yang berpandangan maju dapat jatuh ke dalam ide-ide sektarianisme. Justru karena mereka lebih berpandangan maju, mereka ingin mendorong gerakan buruh untuk lebih maju. Tetapi karena mereka tidak memiliki sebuah pemahaman Marxis tentang dinamika pergerakan, mereka menjadi tidak sabar dengan kelas mereka sendiri.
Ketika massa tidak terlibat di dalam politik, ketika mereka tidak aktif berpartisipasi di dalam organisasi massa, kepemimpinan dari organisasi-organisasi ini dapat bergeser ke kanan. Setelah mengalami sebuah periode kekalahan, atau selama periode boom ekonomi seperti pada tahun 50-an dan pada tahun 60-an, para pekerja cenderung mendelegasikan politik ke pemimpin-pemimpin mereka. Tanpa sebuah partisipasi massa yang aktif, tidaklah mungkin untuk mengkontrol para pemimpin reformis ini.
Bila kita tidak memahami bagaimana kelas bergerak, maka kita dapat menarik kesimpulan-kesimpulan yang keliru di dalam situasi seperti itu, seperti halnya satu lapisan dari para pekerja yang lebih berpandangan maju. Ketika ada kemunduran di dalam gerakan, ini perkuat birokrasi serikat-serikat buruh dan partai-partai massa pekerja. Beberapa buruh yang lebih berpandangan maju melanjutkan perjuangan mereka melawan birokrasi ini, tetapi mereka tidak menemukan sebuah gaung di antara kaum buruh. Karenanya, mereka menyimpulkan bahwa organisasi-organisasi ini terlalu birokratis sehingga tidak mungkin bisa bekerja di dalamnya, dan mereka kemudian meninggalkan organisasi tersebut dan membentuk serikat buruh atau partai yang baru dengan tujuan menawarkan sebuah alternatif kepada kelas buruh. Malangnya, mereka menemukan bahwa di luar organisasi-organisasi resmi hal-hal tidaklah sedemikian gampang. Ini karena tidak ada jalan pintas, tidak ada rumusan ajaib untuk memecahkan masalah ini. Seandainya ada kemunduran di dalam gerakan karena kekalahan-kekalahan yang lalu, kita tidak dapat memecahkan masalah ini dengan mendeklarasikan sebuah partai revolusioner yang "independen". Gerakan kelas buruh memiliki temponya sendiri. Kita tidak dapat secara prematur mendorong sebuah gerakan untuk bergerak lebih cepat
Tentu saja kehadiran sebuah partai massa revolusioner dapat mengubah segalanya dengan cepat, tetapi bahkan kaum Bolshevik pada tahun 1917 tidak dengan seketika muncul sebagai kekuatan yang dominan di dalam kelas buruh. Para pekerja perlu melewati pengalaman dengan Pemerintahan Provisional sebelum mereka siap mengikuti kaum Bolshevik. Ini menjelaskan mengapa, pada awalnya, Menshevik jauh lebih kuat daripada Bolshevik. Itu menjelaskan mengapa Lenin mengajukan siasat Front Persatuan. Bolshevik menawarkan Menshevik dan organisasi-organisasi pekerja lainnya sebuah Front Persatuan melawan kapitalis. Mereka memanggil kaum Menshevik untuk pecah dari kaum borjuis dengan semboyan terkenalnya "Keluarkan sepuluh menteri borjuis". Taktik ini, yang digabungkan dengan sebuah perlawanan terus menerus terhadap kelas penguasa Rusia dan wakil-wakil politiknya, mempersiapkan basis bagi kaum pekerja untuk menyeberang ke Bolshevik.
Seperti yang saya katakan sebelumnya, Lenin memberikan sebuah pendidikan berharga untuk kader-kader Marxis dengan karyanya ‘Komunisme Sayap Kiri - Penyakit Kekanak-Kanakan'. Kita harus belajar dari karya tersebut dan dari pengalaman gerakan buruh selama puluhan tahun belakangan ini.
Satu contoh taktik yang buruk adalah taktik yang dilakukan oleh pengikut Ernest Mandel di Italia pada tahun 1968. Mereka telah aktif di dalam Partai Komunis Italia. Ini adalah pekerjaan yang sangat sulit, terutama di dalam sebuah periode dimana Partai Komunis Italia berada dalam kemunduran. Partai ini kehilangan anggota-anggotanya dan anggota-anggota yang ada semakin menua.
Pada tahun 1968 gerakan pelajar menunjukkan bahwa pelbagai hal sedang mulai bergerak di dalam masyarakat. Pada tahapan ini, hanya kelompok minoritas yang bergerak dan ini mengakibatkan konflik langsung dengan birokrasi Partai Komunis. Berdasarkan proses ini, para pengikut Mandel memutuskan untuk meninggalkan Partai Komunis ini dan membentuk sebuah organisasi independen yang terbuka. Tetapi mereka memiliki sebuah perspektif yang benar-benar salah.
Pada tahun 1969 ada sebuah gerakan kelas pekerja Italia yang sangat besar, yang bersifat revolusioner. Tetapi ini tidak mengakibatkan krisis di dalam Partai Komunis seperti yang diperkirakan oleh banyak kaum kiri, sebaliknya Partai Komunis Italia berkembang. Partai Komunis mulai tumbuh, khususnya di antara pekerja muda dan pelajar. Ia memiliki sekitar 2 juta anggota pada satu saat. Dan justru karena ia tumbuh, ide-ide oposisi mulai berkembang di dalam Partai Komunis ini. Sebuah generasi baru pelajar dan pekerja muda sedang masuk ke dalam kegiatan politik demi mencari sebuah jalan keluar dari kebuntuan masyarakat kapitalis. Pada awalnya, ini dicerminkan dengan berkembangnya surat kabar Manifesto, yang didukung oleh sekitar 100.000 anggota Partai Komunis. Sayangnya, para pemimpin kelompok ini juga menarik kesimpulan yang keliru setelah mereka dikeluarkan dari partai. Mereka dapat membantu membentuk sebuah massa oposisi di dalam Partai Komunis. Tetapi mereka malah pergi meninggalkan Partai Komunis dan kemudian menyusut menjadi kelompok dengan 10.000 pendukung sebelum kemudian hilang sama sekali.
Dari tahun 1968 hingga tahun 1977 Partai Komunis Italia terus tumbuh. Setelah pemilu tahun 1976 kepemimpinan Partai Komunis Italia mencapai satu kesepakatan dengan Partai Kristen Demokrat dan mengkhianati aspirasi pekerja Italia. Ini menyebabkan sebuah krisis internal, terutama setelah kekalahannya di dalam pemilu tahun 1979. Bila saat itu ada sebuah tendensi Marxis yang bekerja dengan sabar di dalam Partai Komunis, Partai Komunis Italia pasti bisa berhasil dan merubah seluruh situasi. Tetapi kita justru menyaksikan kemerosotan moral anggota Partai Komunis dan kemunduran jangka panjangnya. Akan tetapi, kaum buruh yang meninggalkan Partai Komunis tidak bergabung dengan satupun kelompok ultra-kiri "revolusioner" yang berjumlah banyak itu. Ini juga menyebabkan kelompok-kelompok tersebut masuk ke sebuah krisis, banyak di antara mereka yang bubar.
Kita harus belajar dari contoh-contoh sejarah ini, dan mengembangkan sebuah perspektif untuk masa depan. Kaum buruh akan dipaksa oleh krisis kapitalisme untuk sekali lagi melakukan gerakan ofensif. Kemana mereka pergi? Mereka hanya dapat pergi menuju organisasi massa tradisional, dan kita harus siap melakukan intervensi di dalam proses tersebut.
Di saat massa belum bergerak, apakah ini berarti kita duduk dan menanti di dalam cabang-cabang partai hingga massa berdatangan? Tentu saja tidak. Di dalam kondisi sekarang ini, kita harus menemukan koneksi ke kaum buruh dan pemuda/pemudi yang paling maju. Kita harus melakukan intervensi di dalam perjuangan pelajar dan buruh dan menawarkan sebuah alternatif. Dengan ini, kita dapat membangun kekuatan untuk membangun sebuah tendensi/organisasi Marxis untuk menyiapkan intervensi di dalam organisasi massa di hari depan. Itulah sebabnya kita harus mengembangkan taktik yang fleksibel, tetapi tanpa mencampakkan perspektif dasar mengenai organisasi massa tradisional kelas buruh.
Saat ini, setidaknya di kebanyakan negara kapitalis maju, tidak terdapat kondisi bagi Partai massa Marxis untuk berkembang cepat. Masih ada ilusi reformisme yang besar. Ilusi ini tidak akan hilang dengan mendeklarasikan Partai revolusioner. Ilusi massa ini akan diruntuhkan oleh peristiwa yang dialaminya sendiri. Kapitalisme sedang memasuki periode pergolakan yang hebat. Gerakan-gerakan yang besar akan terjadi. Para pekerja akan menguji organisasi massa tradisional mereka. Mereka akan meraih kesimpulan bahwa para pemimpin dari organisasi-organisasi ini tidak menawarkan alternatif yang sesungguhnya. Para pekerja akan menekan organisasinya dan sebuah proses radikalisasi akan berlangsung seperti yang terjadi setelah Perang Dunia I, pada tahun 1930-an, setelah Perang Dunia II, dan pada tahun 1970-an. Dengan orientasi yang tepat, sebuah kekuatan Marxis yang kecil dapat mulai berkembang pesat. Tetapi untuk mencapai hal ini, embrio kekuatan Marxis tersebut harus dibangun sekarang. Itulah sebabnya sekarang kita harus mengetahui bagaimana caranya untuk bisa meraih buruh dan pemuda yang terbaik, dan pada waktu yang sama mempertahankan sebuah perspektif perkembangan di dalam organisasi massa di hari depan.
Diterjemahkan oleh Ted dan Dwi. Sumber: "The Brief History of International Marxist Tendency" (2001)