Yunani terancam kebangkrutan. Pemerintahan Yunani setelah menghabiskan bermilyar-milyar euro untuk menyelamatkan kapitalis pada resesi tahun lalu sekarang terancam bangkrut karena defisit anggaran. Untuk membayar defisit ini, pemerintahan Yunani mengajukan kebijakan penghematan yang berarti pemotongan anggaran sosial. Kebijakan anti-pekerja ini ditentang dengan keras oleh para buruh yang telah melakukan pemogokan dan demonstrasi besar-besaran. Berikut ini adalah sebuah analisa dari kamerad di Yunani mengenai prospek, hasil, dan tugas-tugas yang harus dilakukan untuk memenangkan perjuangan ini.
Pada tanggal 11 Maret, untuk kedua kalinya dalam dua minggu, seluruh Yunani berhenti karena kaum buruh melakukan pemogokan umum yang besar. Pemogokan umum ini diserukan segera setelah pemerintah mengumumkan "paket" kebijakan anti-pekerjanya yang ketiga pada tanggal 3 Maret. Paket ini mengambil langsung dari kantong para pekerja, dalam sektor-sektor publik dan swasta, sekitar 1,3 milyar euro lewat kenaikan PPN, dan pemotongan 1.7 milyar euro dari gaji pensiun dan pegawai pemerintah, selanjutnya 500 juta euro dari investasi publik, dan 100 juta euro dari pendidikan, dengan tujuan utamanya mengamankan 32.5 milyar euro untuk membayar bunga kepada para spekulan.
Kebijakan tersebut ini adalah jerami yang mematahkan punggung unta dan menghasilkan suatu reaksi yang eksplosif di antara kaum pekerja. Jajak pendapat pertama menunjukkan sebuah ketidaksetujuan yang mencapai 80% dan 45% mendukung pemogokan umum seluruh rakyat (yang berarti bahwa persentase ini akan menjadi yang tertinggi di antara pemogokan kaum pekerja yang pernah terjadi). Dalam waktu beberapa jam rating popularitas pemerintah yang sebelumnya tinggi telah menjadi masa lalu.
Sudah terjadi sebuah demonstrasi besar-besaran yang berjumlah 25.000 orang di Athena, dua hari setelah pengumuman pertama, dimana pada waktu itu Manolis Glezos, pahlawan Perlawanan Nasional Yunani melawan Nazi yang berusia 88 tahun dan seorang pemimpin veteran Gerakan Komunis disemprot mukanya dengan gas air mata oleh polisi dan dilarikan ke rumah sakit dalam kondisi sesak napas. Jika kekerasan tersebut menyebabkan kematian Manolis Glezos, hari ini kita akan membicarakan suatu situasi pemberontakan dalam masyarakat Yunani.
Kita bisa memperkirakan bahwa partisipasi dalam pemogokan pada tanggal 11 Maret lebih besar dibanding dengan pemogokan yang terjadi pada tanggal 24 Februari. Menurut GSSE (Konfederasi Buruh Yunani), tingkat partisipasinya mencapai 90%. Pers borjuis melaporkan bahwa ada sekitar 30.000 orang demonstran yang berada di Athena. Tapi faktanya, menurut mereka yang menyaksikan demonstrasi GSSE-ADEDY di Pedsion Areos dan demonstrasi PAME (Front Buruh Militan) di Omonia Square, mengatakan bahwa jumlah total demonstran ada sekitar 50.000 orang.
Ada tiga faktor penting yang mengungkapkan kondisi psikologis kelas pekerja pada titik kritis dalam perjuangan ini.
Pertama, ada kemarahan terhadap kebijakan-kebijakan pemerintah dan kelas kapitalis. Semakin banyak kaum buruh yang mulai melihat realitas kelas yang brutal dan peran nyata dari pemerintah ini, ketika kantong mereka dikosongkan guna mengamankan profit-profit yang sangat besar dari para spekulan Yunani dan internasional.
Kedua, ada ketidakpercayaan besar terhadap birokrasi serikat buruh. Ini penting untuk menggarisbawahi fakta bahwa sangat sedikit kaum buruh yang ada di sekitar panggung para orator, di mana terdapat, terutama, para pemimpin serikat buruh yang berada di bawah kendali PASKE [faksi PASOK (Partai Sosialis Yunani yang berhaluan sosial demokrasi) dalam serikat buruh]. Massa utama dari demonstrasi di Pedion Areos berpaling dari panggung dan berkumpul di depan Museum, di mana SYRIZA (Koalisi Kiri Radikal, sebuah koalisi partai-partai kiri di Yunani) dan gerakan-gerakan kiri lainnya berkumpul. Perkembangan ini merupakan indikasi yang jelas bahwa kaum buruh menolak kepemimpinan birokrasi serikat buruh. Saat berbicara dengan kaum buruh yang sedang berkumpul di lapangan, kurangnya kepercayaan dalam kepemimpinan serikat buruh sangatlah jelas. Hal ini telah muncul selama perundingan antara serikat buruh, pemerintah, dan kapitalis, di mana para pemimpin serikat buruh memperlihatkan pendirian yang tidak jelas dan tidak memberikan alternatif untuk kebijakan-kebijakan pemerintah yang tengah diusulkan.
Ketiga, ada kebingungan mengenai apa tuntutan-tuntutan yang harus dikedepankan oleh kaum buruh. Ini adalah akibat dari tidak adanya tuntutan yang jelas dari para pimpinan baik dari serikat buruh maupun partai-partai buruh oposisi, yang hanya membatasi tuntutan mereka dengan meminta menarik kembali kebijakan-kebijakan pemerintah tanpa ada solusi konkrit untuk kelas pekerja.
Apa yang perlu dilakukan?
Kemarahan yang beralasan dan semangat juang dari kaum buruh dengan sendirinya tidak cukup untuk memenangkan pertempuran ini. Kaum borjuasi menghadapi kebangkrutan dan ketika mereka berada dalam resesi yang dalam mereka tidak akan mundur begitu saja. Untuk memenangkan pertempuran ini, kelas pekerja perlu menyusun sebuah rencana koordinasi dan eskalasi perjuangan yang jelas, dengan tuntutan-tuntutan konkrit yang dapat memberikan solusi nyata untuk masalah ini.
Momen-momen seperti ini adalah momen bersejarah. Jika kebijakan-kebijakan penghematan pemerintah yang drakonian ini tidak dilawan, ini pasti akan menciptakan perasaan kecewa di antara kaum pekerja untuk jangka waktu tertentu. Agar perjuangan ini dapat menjadi efektif, maka perjuangan ini harus bersatu. Untuk melakukan ini, kepemimpinan FAME [Fraksi Partai Komunis dalam serikat buruh] harus mengijinkan ribuan kaum komunis dan kamerad-kameradnya dalam serikat-serikat buruh untuk berdemonstrasi bersama-sama dengan kaum pekerja lainnya! Seluruh organisasi serikat buruh dan organisasi politik massa kelas pekerja harus bertindak bersama-sama. GSEE, ADEDY, SYRIZA dan KKE [Partai Komunis Yunani] harus membuat satu front, dan menyerukan kepada kekuatan-kekuatan dari PASOK yang tidak setuju dengan pemerintah juga untuk ikut bergabung.
Kepemimpinan kelas pekerja harus menyadari bahwa para buruh telah membuat pengorbanan yang besar agar dapat berpartisipasi dalam perjuangan melawan kebijakan-kebijakan penghematan pemerintah, tetapi tanpa melihat hasil apapun. Mereka telah berpartisipasi dalam memecahkan rekor jumlah pemogokan umum dalam 4-5 tahun terakhir, dengan kehilangan pendapatan yang signifikan tanpa mencapai kemenangan apapun. Dan selain itu, para buruh di sektor publik seperti dari DEI, para guru sekolah, pekerja pelabuhan, pekerja kontrak dan pekerja pemerintah daerah, selain berpartisipasi dalam pemogokan-pemogokan umum tersebut, juga telah mengorganisir pemogokan mereka sendiri dengan pergulatan yang lama dan pahit tanpa memperoleh hasil nyata. Dalam beberapa minggu terakhir saja, pekerja pemerintah telah keluar mogok berkali-kali, kehilangan banyak hari gaji. Ada batasan untuk perlawanan yang mampu dilakukan kaum pekerja, terutama dalam periode krisis seperti yang tengah kita lalui.
Inilah sebabnya mengapa kepemimpinan memiliki sebuah tugas untuk segera membangun semangat juang pada hari ini dan tidak membuang-buangnya dalam mobilisasi-mobilisasi yang bukan bagian dari program aksi konkret. Jika kaum pekerja tidak melihat program eskalasi perjuangan yang konkrit dan tidak adanya kebulatan tekad dari kepemimpinan untuk mengawal perjuangan sampai titik akhir, mereka akan mulai kecewa. Jika, di sisi lain, mereka melihat suatu kepemimpinan yang bersatu yang siap berjuang hingga akhir, mereka akan berjuang dengan teguh dan menanggapi secara massal terhadap panggilan untuk mobilisasi, karena mereka akan memiliki keyakinan bahwa setiap pengorbanan yang mereka buat dapat mendatangkan kemenangan.
Jadi, rencana apa yang dimiliki oleh kepemimpinan buruh untuk meningkatkan perjuangan? Tak ada seorangpun yang tahu! Yang kita dapatkan hanyalah seruan dari kepemimpinan ADEDY dan Federasi Buruh untuk berdemonstrasi pada hari Selasa ini [16 Maret]. Namun menyerukan satu demonstrasi lagi tidaklah sama dengan meningkatkan perjuangan. Sebaliknya, jika demonstrasi ini tidak disertai dengan perencanaan aksi pemogokan yang lebih tegas dan konkrit, ini dapat menghasilkan kebalikannya, yakni demobilisasi. Jika pesan tersebut disampaikan ke massa rakyat pekerja, maka apa yang akan kita lihat dalam demonstrasi-demonstrasi tersebut adalah sebuah kepemimpinan serikat-serikat buruh yang akan merasa kesepian.
Akan menjadi suatu kesalahan yang kriminal jika sekarang, dengan memori yang masih hangat dari dua kesuksesan pemogokan umum, kepemimpinan merubah taktik mereka ke “aksi bentuk lain”, bukannya dengan tegas meningkatkan pemogokan. Pemerintah tidak punya maksud untuk menghentikan kebijakan mereka. Pada tanggal 7 Maret, pers borjuis mengumumkan bahwa akan ada sekitar 200.000 PHK di dalam sektor publik dan bahwa pemotongan upah adalah tak terelakkan di sektor swasta.
Serangan terhadap kelas pekerja ini tidak akan berhenti; serangan ini akan bergulir selama satu periode penuh dan merupakan bagian dari rencana yang konkrit. Itulah sebabnya mengapa kita perlu menyusun rencana aksi kaum pekerja kita sendiri, dan mengadopsi sebuah program konkrit yang harus didiskusikan dan diperdebatkan dalam pertemuan-pertemuan massa di tempat-tempat kerja dan lingkungan kelas pekerja. Satu langkah pertama untuk meningkatkan perjuangan adalah dengan pemogokan umum 48-jam yang baru, bersatu, dan terkoordinir dalam sepuluh hari ke depan, dengan demonstrasi-demonstrasi yang tersatukan dan terkoordinir di semua kota-kota besar, dikombinasikan dengan seruan kepada kaum pekerja di perusahaan-perusahaan besar yang sedang terancam dengan PHK atau belum dibayar upah mereka, untuk menduduki pabrik-pabrik dan menuntut nasionalisasi di bawah manajeman dan kontrol buruh.
Pada saat yang sama, perlu untuk meningkatkan tuntutan yang jelas yang akan menunjukkan kepada kaum pekerja sebuah jalan keluar dari krisis ini, satu program yang membela kepentingan kelas mereka sendiri. Lebih lanjut tuntutan-tuntutan tersebut haruslah seperti ini: 1) pembekuan atas pengembalian pinjaman spekulatif, 2) nasionalisasi atas bank-bank yang akan membatalkan pembayaran 30% utang yang dimiliki oleh bank-bank Yunani, 3) "35 jam kerja, 5 hari seminggu, 7 jam sehari" tanpa kehilangan gaji guna memerangi pengangguran, 4) pengambilalihan di bawah manajeman dan kontrol buruh semua perusahaan besar yang mengancam tutup atau PHK, dan seterusnya. (Lihat juga daftar tuntutan-tuntutan yang kami tampilkan dalam majalah Marxistiki Foni, yang terbit tanggal 24 Februari)
Di atas semuanya, kepemimpinan dari partai-partai Kiri harus memberikan jawaban kepada kaum pekerja yang sedang mencari dengan susah payah sebuah solusi politik. Mereka harus meninggalkan diskursus-diskursus mereka yang tidak jelas dan menjelaskan kepada kaum pekerja bahwa ketika pemerintah mengatakan bahwa penurunan standar hidup kaum pekerja adalah satu-satunya jalan, ini adalah sebuah dusta, dan mereka harus menjelaskan bahwa masih ada kebijakan yang lain. Para pimpinan KKE (Partai Komunis Yunani) dan SYRIZA harus menyerukan kapada kaum pekerja untuk memperjuangkan nasionalisasi ekonomi-ekonomi terpenting di bawah manajeman dan kontrol buruh, dan meminta dukungan politik mereka dalam rangka untuk melaksanakan kebijakan ini begitu mereka berada dalam pemerintahan.
Hanya dengan mengadopsi program yang seperti ini kita bisa membela perjuangan kaum pekerja dan memberikan perspektif yang positif untuk pemogokan besar pada hari Kamis (18 Maret 2010).
Diterjemahkan oleh Syaiful Anam dari “Greece: March 11 General Strike – Conclusions and Tasks”, Stamatis Karagiannopoulos, 16 Maret 2010